JAKARTA, iNewsTangsel.id - Mako Brimob Amji Attak terletak di kawasan Kelapa Dua, Cimangis, Depok, Jawa Barat dengan penjagaan beberapa anggota Brimob di depan pintu gerbang utama.
Namun mengapa Mako Brimob tersebut diberi nama Amji Attak? Siapa dia sesungguhnya.
Amji Attak adalah Ranger Pasukan Pelopor Brimob yang terkenal keberaniannya. Amji Attak beretnis atau suku Dayak Kanayatn, berasal dari Desa Kepayang, Kecamatan Anjongan, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat.
Dikisakan Perwira pertama Aipda Amji Attak dan timnya Kompi D Yon 32 Pelopor Brimob diberangkatkan dengan misi penyusupan ke Semenanjung Malaya pada tahun 1965.
Meski Resimen Pelopor Brimob spesialisasi pertempuran hutan bukan peperangan laut, namun prajurit tidak pernah memilih medan tempur.
Di mana pun mereka bertemu musuh, maka di situlah medan pertempuran digelar.
Pukul 08.00 malam, pasukan Pelopor berangkat dari Kampung Kangka di Pulau Bintan dengan tujuan Kota Tinggi di Pantai Timur Malaysia dengan berkendara tiga perahu.
Pasukan Pelopor dipersenjatai senapan andalan AR 15, pasukan Brimob dan sukarelawan membawa US Carabine dan Lee Enfield. Tim ini juga dilengkapi pelontar granat antitank jenis F 5 yang terpasang di bawah laras AR 15.
Tepat pukul 04.00 pagi, pasukan bergerak dari kampung Kawal menuju pemberhentian pertama di Teluk Berakit. Mereka kemudian meneruskan perjalanan pada malam hari.
Ketika memasuki Laut China, tim mendengar deru kapal besar yang tengah mendekat. Agen Polisi Roebino mendengar perintah Aipda Amjiatak agar pasukan menyiapkan senjata dan bergerak memanfaatkan celah di kapal. Amjiatak juga memberitahukan kepada anggota bahwa yang mereka hadapi adalah kapal patroli AL Malaysia.
Ketegangan menyelimuti anggota tim yang segera mengokang senjata. Sekejap kemudian, lampu kapal patroli AL Malaysia menyoroti perahu yang membawa pasukan Pelopor.
Anggota langsung menembaki lampu sorot. Sebuah tembakan tepat mengenai anggota AL Malaysia dan sesaat kemudian terjadilah kontak senjata seru di tengah Laut China Selatan.
Agen Polisi Roebino mendengar beberapa teriakan dan suara tubuh manusia yang tercebur ke laut. Rupanya, beberapa anggota Pelopor dan AL Malaysia tertembak.
Aipda Amji Attak lalu memerintahkan anak buahnya menembakkan pelontar granat ke arah kapal musuh. Tembakan pertama meleset dan granat jatuh ke laut. Namun, tembakan kedua berakibat fatal bagi kapal patroli AL Malaysia karena tepat mengenai gudang amunisi sehingga kapal meledak.
Kapal AL Malaysia mengalami kerusakan berat dan mundur dari medan pertempuran. Sembari mundur, AL Malaysia meminta bala bantuan. Tak butuh lama, dua kapal lainnya datang dan langsung memuntahkan meriam dari jarak jauh untuk menghajar perahu pasukan Pelopor.
Pertempuran kedua ini tidak seimbang karena Pelopor yang bersenjatakan senapan ringan dan pelontar granat harus menghadapi fregat AL Malaysia yang dilengkapi meriam dan senapan mesin. Alih-alih menyerah, Amji Attak justru memerintahkan untuk bermanuver mendekati fregat.
Dia berpikir masih ada harapan pasukan Pelopor selamat atau paling tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar bagi musuh jika melakukan peperangan jarak dekat. Tembakan senapan mesin kaliber 12,7 mm dari kapal musuh perahu pertama dan anggota Pelopor di kapal tersebut tersapu tembakan. Dua perahu lainnya masih memberikan perlawanan dengan tembakan yang sengit.
Namun, segigih apapun perlawanan dari dua perahu pasukan Pelopor berakhir ketika dua tembakan meriam mengenai samping perahu. Perahu Aipda Amji Attak hancur terkena tembakan meriam dan perwira itu gugur di Laut China Selatan. Dalam pertempuran itu, hampir semua anggota gugur.
Agen Polisi Roebino yang terlibat pertempuran di Laut China Selatan selamat dengan cara berpegangan pada kaleng biskuit. Dia yang terkena tembakan di kaki kirinya diselamatkan kapal AL Malaysia dan dirawat di rumah sakit militer Johor. Roebino kemudian ditawan di kantor polisi Johor.
Sebelum dibebaskan dan dijemput rombongan Kolonel Ali Moertopo yang menjadi ketua tim perunding pembebasan tawanan Indonesia, Agen Polisi Roebino menjadi tawanan perang Angkatan Bersenjata Malaysia hingga tahun 1967.
Di tempat ini, dia mendapat penyiksaan luar biasa karena dituduh komandan pasukan penyusup. “Awalnya tidak mengakui anggota militer Indonesia dan bersikukuh seorang sukarelawan.
Namun, setelah bertemu banyak tawanan dari berbagai kesatuan barulah saya mengakui sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia dari Korps Brimob Resimen Pelopor,” ujar Roebino sebagaimana dituturkan pada buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, Januari 2013.
LIHAT JUGA: Aksi Heroik Pelopor Brimob Kontak Tembak dengan AL Malaysia di Laut China Selatan
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta