JAKARTA, iNewsTangsel.id – PT Bressen Technology Indonesia baru saja meluncurkan proyek Air Dome pertama di Indonesia, yang berhasil menciptakan struktur inovatif di kawasan SCBD Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 pada Rabu, 8 Januari 2025. Proyek ini membuka babak baru dalam dunia konstruksi dengan memperkenalkan solusi bangunan yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan ekonomis.
Shen Chao, CEO PT Bressen Technology Indonesia, menjelaskan bahwa Air Dome menawarkan efisiensi yang luar biasa dibandingkan dengan bangunan konvensional. Dengan biaya konstruksi yang jauh lebih rendah dan proses pemasangan yang sangat cepat, proyek ini memanfaatkan teknologi membran udara untuk membangun ruang yang aman dan nyaman.
“Proyek ini memiliki dua aspek utama. Pertama, dari segi efisiensi biaya, biaya konstruksi Air Dome jauh lebih rendah dibandingkan bangunan konvensional dengan ukuran yang sama. Pemasangan SPIKE Air Dome hanya membutuhkan waktu dua minggu setelah semua material dan peralatan tiba di lokasi, dibandingkan pembangunan tradisional yang memakan waktu bertahun-tahun,” ujar Shen Chao, dalam keterangannya, Senin (13/1/2025).
Selain menghemat biaya, Air Dome juga dirancang untuk lebih ramah lingkungan. Dengan menggunakan strip transparan khusus pada membrannya, Air Dome dapat memanfaatkan energi surya untuk pencahayaan di siang hari, mengurangi ketergantungan pada listrik. Selain itu, membran Air Dome memiliki isolasi yang sangat baik, yang membantu menjaga suhu di dalam ruangan tetap stabil dan mengurangi kebutuhan pendinginan.
“Membran yang digunakan pada Air Dome juga memiliki isolasi yang sangat baik, menjaga panas dan mengurangi kebutuhan pendinginan, sehingga operasinya sangat hemat energi,” tambah Shen.
Meskipun teknologi ini menawarkan berbagai keunggulan, tantangan utama yang dihadapi dalam pemasangan Air Dome di PIK 2 adalah cuaca, terutama hujan yang dapat menyebabkan genangan air pada membran. Namun, tim proyek telah mengatasi masalah ini dengan menggunakan pompa untuk menghilangkan genangan air, sehingga proses inflasi Air Dome tetap berjalan lancar.
“Dalam proses inflasi Air Dome, kami sangat bergantung pada cuaca. Saat hujan, kami menggunakan pompa untuk menghilangkan genangan air,” ujar Shen.
Proses inflasi sendiri hanya memerlukan waktu 1 hingga 2 jam untuk membentuk struktur Air Dome yang sempurna. Material PVDF yang digunakan memiliki daya tahan yang sangat tinggi, mampu menahan tekanan angin hingga 67 m/s dan beban hingga 250 kg/m², membuatnya cocok untuk berbagai kegiatan seperti konser, pameran, pusat logistik, pabrik, dan aula pelatihan.
Proyek Air Dome di PIK 2 ini menjadi proyek percontohan untuk penerapan teknologi membran udara di berbagai lokasi lain di Indonesia. PT Bressen Technology Indonesia berencana untuk mengembangkan lebih banyak Air Dome di berbagai kota besar, termasuk Jakarta dan sekitarnya. Untuk itu, Shen Chao menekankan pentingnya membentuk Asosiasi Air Dome Indonesia, yang akan berfungsi untuk menetapkan standar industri dan memperluas penggunaan teknologi ini di Indonesia.
“Kami berencana membentuk Asosiasi Air Dome Indonesia untuk menciptakan komunitas penggemar dan praktisi Air Dome. Saat ini Indonesia belum memiliki standar SNI untuk Air Dome, sementara negara-negara seperti China dan Eropa sudah memilikinya,” jelas Shen.
Meskipun banyak orang khawatir mengenai kemungkinan runtuhnya Air Dome jika blower mati, Shen Chao dan Ricky F. Nababan, Manajer Proyek PT Bressen Technology Indonesia, mengungkapkan bahwa sistem ini dilengkapi dengan genset cadangan yang memastikan tekanan udara tetap terjaga.
“Air Dome memiliki tekanan udara internal, dan semuanya didukung oleh genset cadangan, sehingga tidak akan terjadi kegagalan atau runtuh akibat masalah pasokan listrik dari PLN,” kata Ricky.
"Bahkan jika genset juga mati, Air Dome akan mengempis perlahan dan tidak langsung runtuh, yang dapat diatasi tanpa menimbulkan bahaya," tutup Ricky.
Editor : Aris