PAPDI Sarankan Pemberian Vaksin RSV Untuk Lansia dan Penderita Kronis

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Seiring dengan pertambahan usia seseorang, semakin menurun pula daya tahan atau kekebalan tubuh yang menyebabkan rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi menular.
Hal ini biasa disebut dengan istilah Penurunan Kekebalan Terkait Usia atau Age-Related Declined in Immunity (ARDI).
Penyakit menular dengan mortalitas dan morbiditas tinggi yang rentan dialami oleh orang dewasa sebenarnya dapat diupayakan pencegahannya salah satunya melalui vaksinasi. Ada berbagai penyakit infeksi virus yang rentan dialami orang dewasa, terutama lansia, salah satunya infeksi virus RSV (Respiratory Synctial Virus).
RSV adalah virus pernapasan yang tersebar luas namun kurang dikenal, yang menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas pernapasan dari mereka yang terinfeksi. Biasanya virus ini menunjukkan gejala-gejala termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.
Untuk itulah, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) melalui Satgas Imunisasi Dewasa mengumumkan penambahan vaksin RSV (Respiratory Syncytial Virus) dalam jadwal imunisasi dewasa di tahun 2025. Pembaruan ini merupakan langkah penting dalam upaya perawatan kesehatan preventif.
“Pembaruan yang dibuat pada jadwal ini menandai sebagai langkah maju yang signifikan dalam perawatan kesehatan preventif dan menyoroti pentingnya komunikasi aktif dokter dengan pasien akan pentingnya vaksinasi dewasa,” kata Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, Kamis (20/2/2025).
Adanya penambahan vaksin RSV ini dilatarbelakangi oleh penurunan daya tahan tubuh lansia yang rentan terhadap infeksi menular. Virus RSV sendiri dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan atas hingga pneumonia, yang dapat dicegah melalui vaksinasi.
Selain vaksin RSV, jadwal imunisasi dewasa 2025 juga mencakup pembaruan rekomendasi vaksinasi untuk penyakit infeksi pernapasan lainnya seperti Pneumokok dan RSV. Vaksin-vaksin ini tentu diharapkan menjadi langkah antisipasi terhadap terjadinya tripledemic, yaitu kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Influenza, Covid-19, dan RSV.
"Sangat penting memprioritaskan vaksinasi untuk individu dalam populasi berisiko tinggi, termasuk mereka yang sudah lansia dan memiliki kondisi medis kronis," tambah Dr. Sukamto.
Sementara itu, Ketua Umum PB-PAPDI, Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, mengungkapkan bahwa di kawasan Asia Pasifik, banyak orang dewasa yang melewatkan kesempatan untuk vaksinasi meskipun telah mengetahui manfaatnya.
Menurunnya imunitas pada orang dewasa, terutama lansia, membuat mereka lebih berisiko terkena berbagai penyakit, termasuk ISPA atau pneumonia yang disebabkan oleh RSV.
"Kita dapat menjamin bahwa pasien kita menerima vaksin yang mereka butuhkan untuk melindungi diri dari penyakit yang dapat dicegah, terutama populasi lansia dengan kondisi penyakit penyerta seperti penyakit kardiovaskular, jantung kronis, ginjal kronis, diabetes, asma, dan PPOK, dimana risiko rawat inap dan kematian pada populasi tersebut sangat besar," ujar Dr. Sally.
Dr. Sally menambahkan bahwa sekitar 30 persen orang dewasa yang lebih tua bisa mengalami komplikasi jantung ketika dirawat di rumah sakit karena infeksi RSV. Orang dewasa dengan gagal jantung memiliki tingkat rawat inap terkait RSV yang delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa tanpa gagal jantung.
Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa PB-PAPDI, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FINASIM, FACP, juga menekankan bahwa RSV lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.
Menurutnya, satu orang yang terinfeksi bisa menginfeksi tiga orang lainnya. Lansia yang terinfeksi RSV juga dapat menularkan virus ini untuk jangka waktu yang lebih lama. RSV menginfeksi saluran pernapasan manusia, dari hidung hingga paru-paru, dan dapat menyebabkan berbagai kondisi klinis, mulai dari tanpa gejala hingga pneumonia akut.
Data dari rumah sakit di Indonesia menunjukkan adanya kasus RSV positif, termasuk pada kelompok lansia yang memiliki kondisi tertentu seperti pneumonia, gagal jantung kongestif, asma, dan PPOK.
"Pasien PPOK yang terinfeksi RSV diperkirakan 3,2 hingga 13,4 kali lebih berisiko untuk dirawat di rumah sakit," kata Prof. Samsuridjal.
dr Ina Agustina Isturini, MKM, Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI mengakui peran penting langkah – langkah pencegahan dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dengan populasi lansia Indonesia yang terus meningkat, potensi beban kesehatan dan ekonomi akibat infeksi saluran pernapasan akut pada lansia perlu menjadi perhatian serius.
Untuk itu pencegahannya melalui upaya preventif dan promotif menjadi langkah penting, terutama pada kelompok berisiko tinggi. Dalam platform Satu Sehat kami, individu dapat dengan mudah mengakses informasi terkini mengenai penyakit infeksi menular dan upaya-upaya pencegahannya. ” jelas dr. Ina.
Editor : Hasiholan Siahaan