Pemasok dan Peritel Satukan Kekuatan Hadapi Tantangan Industri Ritel

JAKARTA, iNewsTangsel.id- Di tengah kondisi bayang-bayang krisis ekonomi dan tekanan daya beli dalam negeri, Asosiasi Matahari Supplier’s Club (AMSC) mempererat sinergi antara pemasok dan peritel nasional untuk menghadapi tantangan ritel masa kini.
Sinergi ini dilakukan sebagai kunci untuk bertahan dan tumbuh di tengah tekanan inflasi, penurunan daya beli masyarakat, hingga kompetisi digital.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti mengungkapkan, pentingnya kemitraan yang kuat antara pelaku usaha dan pemerintah demi menciptakan iklim bisnis yang sehat dan inklusif. Sehingga ritel mampu bertahan dan tumbuh di tengah gejolak global, persaingan digital, serta penurunan daya beli masyarakat.
Untuk itu, sambung Dyah Roro Esti, peritel harus bisa memahami perilaku belanja Milenial dan Gen Z yang kini menjadi motor pasar. Generasi ini cenderung memilih merek yang autentik, transparan, serta peduli lingkungan dan sosial.
"Maka, ritel harus bisa menggabungkan keunggulan online dan offline serta memanfaatkan AI dan big data untuk memahami preferensi konsumen secara mendalam,” katanya belum lama ini.
Sementara itu, Ketua Umum AMSC, Yvonne mengungkapkan, tantangan global seperti tarif ekspor tinggi ke AS yang memukul industri unggulan, serta tantangan domestik mulai dari PHK massal hingga tekanan nilai tukar rupiah.
Tak hanya itu, kompleksitas regulasi dan margin usaha yang terus menyusut juga menjadi perhatian serius.
“Sehingga ritel dan pemasok tidak bisa lagi berjalan sendiri. Kita harus membangun sinergi baru yang lebih kuat, inovatif dan saling menguntungkan,” ujar Yvonne.
Dia memaparkan, pihak juga mendorong transformasi ritel dengan memberikan terobosan bagi masa depan ritel. Di antaranya, adanya inovasi produk dan pemasaran berbasis digital.
Selain itu, pengalaman belanja baru yang lebih relevan bagi generasi muda di toko fisik. Ada juga kolaborasi data antara produsen dan retailer.
“Selain itu, ritel juga harus melakukan kolaborasi terbuka dengan data sharing antara produsen dan retailer. Ritel juga perlu efisiensi biaya operasional dan promosi. Sehingga kemitraan jangka panjang antar pemangku kepentingan terus keberlanjutan bisnis,” ulasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah menambahkan, pentingnya ritel untuk terus beradaptasi melalui teknologi dan inovasi.
Untuk itu, ritel harus bisa menghadirkan pengalaman unik, kolaborasi dengan UMKM, serta mendukung produk lokal agar tetap kompetitif di pasar digital.
Dia mengungkapkan bahwa Industri ritel di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga adaptasi teknologi diperlukan bagi peritel. Apalagi di tengah gencaran teknologi, termasuk eCommerce. Tak lupa, memberikan pengalaman berbelanja yang berbeda.
"Kini, kami pun fokus menciptakan pengalaman belanja yang unik dan personal, seperti layanan kustomisasi produk atau event di toko fisik dan online,” tutup Budihardjo.
Editor : Hasiholan Siahaan