JAFF Market 2025: Jadi Katalis Pertumbuhan dan Unjuk Gigi Karya Sineas Film Tanah Air

JAKARTA, iNewsTangsel.id- Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20 pada 29 November hingga 6 Desember 2025 di Yogyakarta menghadirkan enam program unggulan di pasar film Asia bertajuk "JAFF Market" edisi kedua, dari 29 November hingga 1 Desember 2025 di Jogja Expo Center.
Lewat gelaran tahun ini, JAFF ingin mendorong sineas muda tanah air untuk bisa unjuk gigi memamerkan karyanya ke tingkat dunia atau global. Untuk itu, JAFF Market menyiapkan strategi khusus untuk berkembang dalam lima tahun ke depan. Pihak-pihak dari pasar global pun telah diincar untuk ikut terlibat dalam berbagai proyek tahun ini.
Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Giring Ganesha menyoroti potensi besar festival film Asia di Yogyakarta, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) sebagai wadah kolaborasi dan pertumbuhan industri perfilman Indonesia, dengan keyakinan bahwa JAFF Market berpotensi menjadi pasar film terbesar di Asia, sebesar Marche du Film di Cannes.
"Saya yakin JAFF Market ini akan menjadi seperti 'market' filmnya Indonesia, bahkan harusnya jadi 'market' film terbesar di Asia," ujar Giring dalam sambutannya yang penuh semangat dalam konferensi pers JAFF Market di Stalk kawasan SCBD, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Pernyataan itu seperti ingin menegaskan visi dan support pemerintah untuk menempatkan industri film Tanah Air terdepan di kancah global. OptimismeWakil Menteri Kebudayaan ini bukan tanpa dasar. Dengan proyeksi 81 juta penonton film Indonesia pada akhir 2024 dan target ambisius lebih dari 100 juta penonton pada 2025, terlihat jelas adanya momentum perfilman tumbuh signifikan.
JAFF Market 2025 ini diharapkan menjadi platform krusial yang tidak hanya memfasilitasi transaksi, tetapi juga membuka kesempatan luas bagi seluruh elemen ekosistem perfilman. Ini termasuk mempertemukan sineas, aktor, sutradara, produser, dan semua pihak terkait untuk berkolaborasi secara inklusif dan sehat.
Kementerian Kebudayaan, kata Giring, berkomitmen penuh untuk mendukung JAFF dalam mencapai ambisinya. Dukungan itu mencakup upaya untuk memastikan JAFF Market dapat bersaing dengan pasar film internasional dan menjadi kekuatan dominan di Asia dalam lima tahun ke depan.
Dia ikut mendorong bahwa JAFF Market dalam lima tahun ke depan segera bertransformasi, dari etalase film Indonesia menjadi etalase ekosistem Asia yang lengkap.“Pasar film Asia harusnya diambil oleh JAFF Market. Saya yakin ini akan menjadi sebsar Marche du Film-nya Cannes ke depan. Ini adalah tantangan besar, tetapi juga kesempatan besar buat kita,” ungkap Giring.
Mantan vokalis band Nidji ini menekankan bahwa tugas kementerian adalah memfasilitasi perkembangan ini, menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan dan inovasi.
Dengan kualitas film Indonesia yang semakin diakui dan jumlah penonton yang terus meningkat, industri perfilman Indonesia siap untuk melangkah lebih jauh. JAFF, sebagai ajang pertemuan dan pembuka peluang, akan menjadi pilar utama dalam mewujudkan cita-cita besar ini, memastikan film Indonesia tidak hanya berjaya di kandang sendiri, tetapi juga mendunia.
"JAFF Market tahun ini menghadirkan enam program unggulan, 'JAFF Future Project', 'JAFF Content Market', 'Talent Day', 'Film & Market Conference', 'Market Screening', serta 'Film Lab'," kata Kepala Program JAFF Market Gita Fara.
Linda Gozali selaku Market Director JAFF Market mengatakan JAFF Market tentu akan mengambil peran penting dalam membuka ruang kolaborasi antarbisnis (B2B) domestik, memperluas jejaring internasional, dan menjadi jembatan kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan mitra lembaga, institusi budaya, dan kerja sama antar negara untuk memperkuat posisi Indonesia di lanskap ekonomi kreatif Asia.“Kita harus bisa sebagai sebuah ekosistem perfilman, tujuannya kita harus siap menghadapi pasar global,” ungkap Linda Gozali.
Menurutnya, pihak dari pasar film global akan datang ke JAFF Market 2025. Linda tidak akan melepaskan kesempatan itu untuk mengajak seluruh ekosistem industri film global bekerja sama untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.
“Kalau tahun lalu mereka datang karena mereka dengar dan mereka tahu, tahun ini kita tangkap mereka. Kita meminta mereka untuk bersama-sama dengan JAFF Market seperti dalam jangka waktu dua sampai tiga tahun,” lanjutnya.
Keterlibatan pihak dari pasar global diharapkan bisa mengisi kekosongan peran dari hal-hal yang belum bisa dijangkau oleh industri perfilman Indonesia. Untuk mengembangkan JAFF Market dalam waktu lima tahun ke depan, program-program yang telah direncanakan akan dijadikan sebagai salah satu pilar keunggulan pasar film tersebut. Linda pun menyerahkan tugas itu kepada Gita Fara, selaku Head of Program JAFF Market 2025.
“Itu tugasnya Gita Fara, untuk bisa meregenerasi, untuk bisa melihat scouting mana proyek-proyek yang menarik supaya kemudian dia bisa tumbuh dan berkembang. Karena kapan lagi mau ketemu siapapun di JAFF Market ada orangnya. Itu adalah salah satu keunggulan dari keberadaan JAFF Market ini,”tuturnya.
Selain itu, Linda juga menyebut rencana Pangku untuk ditayangkan di Festival Film Cannes. Menurutnya, itu adalah sebuah mimpi.“Kemudian kita bisa bawa kembali ke Indonesia dengan mengatakan, ‘teman-teman Indonesia ini sudah diapresiasi di dunia. Maka saatnya kita menunjukkan apresiasi lebih terhadap sebuah produk yang memang lahir dari JAFF Market.’ Itu adalah salah satu,” ucap Linda.
Linda Gozali menyebut media memiliki peran sangat penting untuk memberikan masukan kepada JAFF Market. “Jangan takut apabila ada saran dan kritik dari teman-teman media. Itulah strategi kami untuk turut meminta masukan dari teman-teman, dari pihak luar yang melihat ke dalam, agar kita kemudian tetap bisa menjaga konsistensi dan bincang aktif sendiri,” jelas Linda.
Tahun ini, sambungnya, antusiasme terus meningkat: sekitar 50 persen booth telah terisi, minat sponsor bertumbuh, dan sejumlah kemitraan internasional sedang dijajaki. Alumni JAFF Market 2024 pun telah menembus panggung global, seperti film “Pangku” karya Reza Rahadian yang tampil di Marché du Film Cannes 2025 dalam program "HAF Goes to Cannes", serta tiga IP lokal: "Bandits of Batavia", "Jitu" dan "Locust", berhasil tampil di "Forum Pitching IP Cannes".
Bisa dikatakan, JAFF Market telah menjadi pasar film terbesar di Asia Tenggara yang membuka peluang kerja sama dan bisnis lintas sektor industri.Beberapa proyek yang dilahirkan telah menembus pasar global, termasuk film Pangku karya Reza Rahadian yang tampil di Marché du Film Cannes 2025 dalam program HAF Goes to Cannes.
Sebagai informasi, JAFF Market 2024 berhasil mengumpulkan sekitar 6.723 pengunjung dari 19 negara. Dampak ekonomi yang dihasilkan pun mencapai angka Rp36 miliar. Kesuksesan tersebut tentu membuat banyak orang memiliki ekspektasi yang tinggi untuk JAFF Market 2025.
Editor : Hasiholan Siahaan