get app
inews
Aa Text
Read Next : Kesepakatan Damai Antara PT Kreasi Antar Rupa dan PT Bisnis Ekosistem Kreatif Indonesia

Pendidikan Damai dan Budaya Jadi Warisan Utama, Liquica Tutup Program Penguatan Kohesi Sosial

Senin, 23 Juni 2025 | 15:33 WIB
header img
Penguatan pilar perdamaian tak harus datang dari atas, tetapi dapat dibangun dari sekolah, komunitas, dan kearifan lokal

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Masyarakat Liquica, Timor Leste, merayakan penyelesaian Program Penguatan Kohesi Sosial (Strengthening Social Cohesion Project/SSCP), sebuah inisiatif yang berlangsung selama dua setengah tahun dengan dukungan pendanaan dari Uni Eropa. Program ini bertujuan memperkuat perdamaian, inklusi sosial, dan manajemen konflik melalui pendekatan berbasis budaya dan pemberdayaan komunitas lokal, khususnya pemuda dan perempuan.

Program yang dijalankan sejak awal 2023 hingga Juni 2025 ini menjangkau lebih dari 1.700 warga Liquica dan Bazartete. Sekitar 43 persen peserta merupakan perempuan dan pemuda, kelompok yang selama ini dinilai kurang terwakili dalam proses pengambilan keputusan sosial. Salah satu pendekatan utama adalah integrasi praktik adat seperti Tara Bandu dan Nahe Biti Boot sebagai mekanisme penyelesaian konflik komunitas.

“Partisipasi kaum muda dan perempuan dalam proyek ini memperlihatkan bahwa ruang inklusif mampu melahirkan pemimpin damai baru di tengah masyarakat,” kata Dr. Iotam, Kepala Kerja Sama Delegasi Uni Eropa untuk Timor-Leste, Senin (23/6/2025). Ia menekankan pentingnya pendekatan lokal dalam mendorong dialog antar generasi dan membangun kohesi sosial yang berkelanjutan.

Sebagai bagian dari inisiatif multinasional yang dikoordinasikan oleh ChildFund International di Indonesia dan ChildFund Australia di Timor-Leste, proyek ini juga memperkuat kapasitas enam LSM lokal di bidang tata kelola proyek, perlindungan anak, serta advokasi.

Selain kegiatan berbasis komunitas, SSCP juga menyasar dunia pendidikan. Sebanyak 579 siswa dan pemuda mengikuti sesi pendidikan perdamaian yang telah diintegrasikan ke dalam kurikulum di enam sekolah. Melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pemuda, Seni, dan Olahraga, pendidikan perdamaian akan terus dijalankan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.

“Proyek ini membuktikan bahwa penguatan pilar perdamaian tak harus datang dari atas, tetapi dapat dibangun dari sekolah, komunitas, dan kearifan lokal,” ujar Alzira Reis, Direktur ChildFund Timor-Leste.

Sementara itu, Judith Maria de Sousa, Direktur Ba Faturu, menyebut bahwa program ini tidak hanya berdampak pada masyarakat secara luas, tetapi juga memperkuat kapasitas organisasi lokal. Hal senada disampaikan Luis Ximenes, Direktur Belun, yang menyoroti pentingnya keberlanjutan dukungan terhadap partisipasi perempuan dalam pembangunan perdamaian.

Kegiatan penutup program turut mencerminkan komitmen lintas sektor. Pemerintah daerah, lembaga budaya, dan masyarakat sipil menyepakati langkah lanjutan untuk menjaga keberlanjutan praktik-praktik sosial yang telah dibangun, termasuk prioritisasi Tara Bandu dalam kebijakan lokal.

Meski SSCP telah resmi berakhir, para pelaksana menekankan bahwa pencapaian program bukanlah penutup, melainkan awal dari proses damai yang kini berpijak kuat pada partisipasi masyarakat, dukungan pemerintah, dan warisan budaya lokal.

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut