Pendidikan Anak Usia Emas: Bermain Jadi Dasar Kesiapan Akademik

TANGERANG, iNewsTangsel.id - Sistem pendidikan anak usia dini berbasis play-based learning atau belajar melalui bermain kini mulai diterapkan di Indonesia. Konsep ini diadaptasi dari kurikulum Finlandia yang menekankan keceriaan dalam belajar, bukan sekadar kemampuan membaca, menulis, dan berhitung di usia dini.

Menurut Astrid Triandini, Principal LILLIPODS Preschool BSD, pendekatan ini diyakini lebih relevan dengan perkembangan anak Indonesia. “Kami tidak sekadar mengimpor sistem Finlandia, tetapi menyesuaikan dengan budaya lokal, seperti permainan tradisional dan cerita rakyat, agar anak merasa dekat dengan lingkungan belajarnya,” ujarnya di BSD, Selasa (19/8/2025).

Baca Juga

Monash University Indonesia Perkuat Kolaborasi Pendidikan, Riset dan Teknologi Kesehatan di BSD City

Hal senada disampaikan Arthalia Larsen, Co-founder & Academic Advisor LILLIPODS Indonesia. Ia menegaskan bahwa esensi pendidikan anak usia dini bukan soal percepatan akademis, melainkan membangun kecintaan belajar. “Kami tidak menuntut anak bisa membaca di usia 3 tahun. Kami ingin mereka jatuh cinta pada proses belajar. Matematika diajarkan lewat balok, sains lewat berkebun, bahasa melalui cerita dan lagu. Dengan begitu, anak tumbuh percaya diri dan kreatif,” jelasnya.

Seorang orang tua murid, Ibnu Dian, menambahkan bahwa metode ini membantu tumbuh kembang anak tanpa tekanan. “Kami melihat anak lebih mandiri, percaya diri, dan tetap gembira saat belajar. Itu jauh lebih penting dibanding sekadar target akademik,” katanya.

Para pakar pendidikan menilai, penerapan play-based learning di Indonesia dapat menjadi terobosan penting untuk mempersiapkan generasi emas yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh secara sosial dan emosional.

Editor : Hasiholan Siahaan