get app
inews
Aa Text
Read Next : Diet, Olahraga, dan Pola Tidur: Kunci Utama Terapi Obesitas

Indonesia Masuk 5 Besar Dunia dalam Jumlah Penderita Diabetes Dewasa

Kamis, 13 November 2025 | 20:06 WIB
header img
Menurut IDF Diabetes Atlas edisi ke-11 (2024), terdapat 20,4 juta warga Indonesia yang hidup dengan diabetes, dan jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2050. Foto hasiholan

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Menjelang Hari Diabetes Sedunia 2025 pada 14 November, Indonesia dihadapkan pada dua ancaman besar yang saling terkait: meningkatnya angka obesitas dan diabetes. Kedua kondisi ini kini mendorong krisis kesehatan dan ekonomi yang semakin serius, memerlukan langkah kolaboratif lintas sektor.

Menurut IDF Diabetes Atlas edisi ke-11 (2024), terdapat 20,4 juta warga Indonesia yang hidup dengan diabetes, dan jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2050. Indonesia kini menempati posisi kelima tertinggi di dunia untuk jumlah penderita diabetes dewasa.

Masalah obesitas turut memperparah situasi. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi obesitas pada usia di atas 18 tahun naik dari 21,8% (2018) menjadi 23,4% (2023), sementara obesitas sentral—lemak berlebih di perut—mencapai 36,8% pada usia di atas 15 tahun. Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) memperkirakan, dampak ekonomi akibat obesitas mencapai Rp78,478 miliar per tahun, mencerminkan bahwa persoalan ini bukan lagi isu personal, melainkan krisis nasional.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Obesitas, yang mengatur penanganan secara bertahap: mulai dari perubahan gaya hidup, aktivitas fisik teratur, hingga terapi medis berbasis bukti ilmiah bila diperlukan. “Sekitar satu dari empat orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas, dan lebih dari satu dari tiga mengalami obesitas sentral. Ini bukan sekadar angka statistik, tapi peringatan keras,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, Kamis (13/11/2024).

“Tanpa tindakan segera, beban penyakit kronis akan terus meningkat. Kolaborasi lintas sektor—dari edukasi publik, layanan kesehatan, hingga kebijakan gaya hidup sehat—menjadi kunci untuk menekan laju obesitas dan diabetes,” lanjutnya.

Ahli endokrin dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD, K-EMD, Ph.D, dari PERKENI menambahkan, “Obesitas dan diabetes adalah dua sisi dari koin yang sama. Penurunan berat badan 5–10% sudah terbukti memperbaiki kadar gula darah, tekanan darah, dan kolesterol. Bila diet dan olahraga belum cukup, itu bukan kegagalan, tapi tanda untuk berkonsultasi ke dokter agar terapi bisa dilanjutkan sesuai panduan PNPK Obesitas.”

Dengan tren yang terus meningkat, para ahli menegaskan bahwa penanganan obesitas tidak bisa ditunda. Kombinasi antara edukasi publik, dukungan layanan kesehatan, dan kebijakan yang berpihak pada gaya hidup sehat menjadi fondasi untuk mencegah generasi mendatang dari beban ganda obesitas dan diabetes.

Terkait obesitas dan diabetes, Clinical, Medical & Regulatory Director Novo Nordisk Indonesia, dr. Riyanny M. Tarliman, menegaskan "Obesitas bukan kesalahan individu, melainkan kondisi medis kompleks yang memerlukan dukungan medis yang tepat", tegasnya. “Melalui platform Novocare kami mempermudah masyarakat menemukan dokter dan informasi tepercaya untuk mengelola obesitas,” ujarnya.

Dengan inovasi berbasis sains dan panduan klinis yang terbukti, Novo Nordisk berkomitmen mendorong perubahan dalam penanganan obesitas dan diabetes di Indonesia — tak hanya menurunkan berat badan, tetapi juga memulihkan harapan, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah komplikasi serius.

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut