get app
inews
Aa Text
Read Next : Umbara Brothers Film Kembali Suguhkan Film Berlatar Kisah Bullying Berjudul OZORA

Suarakan Aspirasi, Aktor Chicco Jerikho dan Seluruh Pengisi Acara Gelar Orasi di Gedung KPK

Kamis, 20 November 2025 | 11:40 WIB
header img
Aktor Chicco Jerikho, Sutradara Anggy Umbara para pemain film Ozora berorasi di depan Gedung KPK. Foto: Istimewa

JAKARTA, iNewsTangsel.id- Gelombang aksi masyarakat yang telah berlangsung dalam beberapa hari terakhir mencapai momentum baru melalui Aksi Musikal 19 November 2025, sebuah gerakan kolaboratif yang digelar di depan Gedung KPK Jakarta 

Aksi Musikal 19 November 2025 ini memang secara sengaja dipusatkan di depan Gedung KPK Jakarta sebagai simbol darurat bagi situasi korupsi yang kian menggerogoti Indonesia ini jadi momen mempertemukan sutradara film, musisi, aktor lintas generasi, ulama muda, hingga figur publik yang memiliki rekam jejak kuat dalam penyampaian aspirasi.

Sutradara Anggy Umbara menegaskan alasan tersebut dengan pernyataan tajam, “Generasi koruptor melahirkan generasi pembully,” menyoroti bagaimana perilaku para elite yang kurang baik dan bijak berimbas langsung pada karakter dan masa depan generasi muda.

"Melalui lokasi ini, para pengisi acara ingin mengingatkan publik bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya isu politik, tetapi fondasi moral bangsa,"kata Anggy Umbara. 

Aksi damai ini diinisiasi dan dipimpin oleh sejumlah nama penting seperti Anggy Umbara (sutradara film), para musisi Sukatani dan Armia and The Shadows, aktor lintas generasi Chicco Jerikho dan Sinyo, serta ustadz muda Cholidi.

Hadir pula sosok Jonathan Latumahina, ayah dari David Ozora, yang dalam beberapa tahun terakhir dikenal sebagai salah satu figur publik yang vokal menyuarakan keadilan.

Melalui musik, orasi, serta penampilan panggung, aksi ini menjadi simbol bahwa masyarakat Indonesia semakin yakin akan ruang dan hak mereka untuk berbicara di muka publik. 

Di tengah stigma mengenai adanya upaya pembungkaman suara oleh oknum pemerintah, Aksi Musikal 19 November menunjukkan bahwa perlawanan damai dan partisipasi publik tetap hidup, tumbuh, dan tidak mudah dihentikan.

Salah satu momen paling menggetarkan hari ini hadir ketika musisi Sukatani membawakan lagu “Gelap Gempita”. Dengan aransemen yang intens dan lirik yang berlapis makna, penampilan tersebut berubah menjadi semacam mantra kolektif memberikan energi sekaligus mengajak massa mengingat kembali luka, kemarahan, sekaligus harapan yang selama ini terpendam. 

Suasana hening dan penuh fokus menyelimuti area aksi, sebelum akhirnya ledakan tepuk tangan dan teriakan solidaritas menguat saat lagu mencapai klimaksnya. Penampilan ini menjadi simbol bahwa seni dapat menjadi medium perlawanan yang tak kalah kuat dari orasi.

“Kebenaran tidak bisa dibungkam,” singkat Aktor Chicco Jerikho disambut gegap gempita oleh peserta aksi yang memadati area kegiatan.

Sementara itu, Jonathan Latumahina menegaskan bahwa gagasan “rakyat berkuasa” bukan omong kosong, melainkan potensi nyata yang bisa terjadi kapan saja di Indonesia terutama ketika masyarakat berdiri bersama, bersuara lantang, dan menolak dibungkam dengan cara yang damai namun tegas. 

“Ketika rakyat berkuasa dan coba lantang menyuarakan aspirasi tentunya menjadi gelombang yang akan menjadi gerakan bersama melawan kecongkakan penguasa yang semena semena yang tidak adil dan coba membungkam hukum,”ungkapnya.

Aksi hari ini juga menjadi pembuka jalan bagi perhatian yang kembali menguat terhadap kasus David Ozora, yang telah viral sejak 2023 dan memicu gelombang solidaritas publik. Menyusul tingginya perhatian masyarakat, kasus ini kini diangkat ke layar lebar. 

Film adaptasi kasus Ozora akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 4 Desember 2025. Publik menyambut positif kehadiran film ini, terutama karena 90% alur peristiwa diadaptasi langsung dari kejadian nyata, memberikan representasi autentik atas apa yang terjadi.

Aksi Musikal 19 November ini menjadi bukti bahwa ruang berekspresi publik tidak bisa dipersempit begitu saja. Ketika seniman, ulama, dan masyarakat bergerak dalam satu frekuensi, pesan yang muncul tidak hanya tentang solidaritas tetapi tentang kesadaran kolektif bahwa suara rakyat tidak dapat dinegosiasikan.

Energi yang tercipta hari ini menunjukkan bahwa gelombang partisipasi publik tengah naik, dan bahwa keberanian untuk bersuara kini menjadi bagian dari identitas baru masyarakat Indonesia. 

Tentunya semangat yang sama akan kembali dihadirkan melalui Film Ozora, yang dalam kisahnya menampilkan 90% kejadian nyata dari kasus aslinya, dan dapat disaksikan di seluruh bioskop Indonesia mulai 4 Desember 2025. 

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut