UIP Kirim Mahasiswa ke PNG, Catat Sejarah Baru Diplomasi Pendidikan Pasifik
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Universitas Internasional Papua (UIP) resmi memberangkatkan 70 mahasiswa untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional perdana di wilayah perbatasan Papua Nugini. Program ini menjadi langkah strategis UIP dalam memperkuat diplomasi pendidikan, memperluas jejaring lintasnegara, dan mendorong interaksi sosial-budaya antara masyarakat Republik Indonesia dan Papua Nugini.
Pelepasan mahasiswa berlangsung di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Jayapura, dan dihadiri lebih dari seratus peserta serta tamu undangan. Sebanyak 11 dosen pendamping turut diberangkatkan untuk mendampingi pelaksanaan program di lima kampung tujuan: Wutung, Musu, Yako, Waromo, dan Vanimo (Lido), Distrik Vanimo–Green River, Provinsi West Sepik, Papua Nugini.
Rektor Universitas Internasional Papua, Izak Morin, menuturkan bahwa program KKN internasional ini menjadi penanda komitmen UIP dalam membangun jejaring akademik berbasis kawasan Pasifik.
“Ini bukan sekadar aktivitas akademik, tetapi bagian dari misi strategis UIP untuk menjadi jembatan persahabatan antarbangsa. Kami mengapresiasi Pemerintah Papua Nugini dan Pemerintah Provinsi Papua yang membuka ruang kolaborasi ini,” ujar Izak kepada wartawan, Jumat (12/12/2025).
Program KKN Internasional UIP merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman (MoU) tahun 2023 antara UIP dan Dinas Pendidikan Provinsi West Sepik, yang juga sejalan dengan agenda kerja sama bilateral Indonesia–Papua Nugini di bidang pendidikan. Gubernur West Sepik, Tony Wou-Wou, menyambut kehadiran para mahasiswa sebagai bagian dari penguatan hubungan antarmasyarakat di wilayah perbatasan.
“Kegiatan ini memperkuat kerja sama kedua negara, khususnya dalam pengembangan SDM generasi muda. Kami menyambut baik kontribusi mahasiswa UIP di West Sepik,” ujar Tony.
Ia juga menegaskan komitmennya untuk mengirimkan putra-putri West Sepik untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UIP setiap tahun sebagai bentuk tindak lanjut dari hubungan pendidikan yang telah terjalin.
Pendiri UIP, Samuel Tabuni, menilai program ini sebagai bagian dari visi jangka panjang menjadikan Papua sebagai pusat pertemuan intelektual dan kebudayaan di kawasan Pasifik. “Ini adalah momentum bersejarah bagi UIP. Manfaatkan pengalaman ini sebagai ruang pembelajaran dan pengabdian bagi masyarakat perbatasan,” ujarnya.
UIP percaya kehadiran mahasiswa di Papua Nugini tidak hanya memberi pengalaman akademik baru, tetapi juga memperkuat peran Indonesia dalam membangun relasi kemanusiaan, pendidikan, dan persahabatan di kawasan perbatasan Pasifik.
Editor : Hasiholan Siahaan