MESIR, iNewsTangsel.id - Pada tahun 2019, Pemerintah Mesir menetapkan harga ibu kota baru sebesar US$58 miliar atau senilai Rp 900 triliun (kurs Rp 15.531).
Dibangun di atas lahan yang kosong, kota ini direncanakan sebagai model teknologi tinggi untuk masa depan Mesir. Pemerintah Mesir berharap program ini dapat menampung sebagian dari pertumbuhan populasi Mesir yang diperkirakan mencapai 1,6% setiap tahun.
Menurut Presiden Abdel Fattah El Sisi, pembangunan ibu kota ini merupakan megaproyek terbesar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengakomodasi populasi yang mencapai 105 juta jiwa.
Abbas menargetkan biaya pembangunan infrastruktur fase kedua sekitar 250-300 miliar pound.
Walaupun progres pengerjaannya terlihat melambat belakangan ini, tahap awal dari ibu kota baru ini sudah melibatkan pembangunan menara tertinggi di Afrika dengan 70 lantai, gedung opera yang memiliki lima aula, masjid besar, dan katedral terbesar di Timur Tengah.
Di samping itu, 100.000 unit rumah telah selesai dibangun, dan 1.200 keluarga telah melakukan pemindahan. Bank-bank besar dan perusahaan bisnis lainnya berencana untuk memindahkan kantor pusat pada kuartal pertama tahun 2024. Sementara itu, pegawai pemerintah dijadwalkan untuk pindah pada bulan Juli mendatang.
"Kereta listrik dari Kairo timur telah mulai beroperasi pada musim semi yang lalu, dan monorel layang dijadwalkan akan dimulai pada kuartal kedua tahun ini," ujar Khaled Abbas, Ketua Ibukota Administratif untuk Pembangunan Perkotaan (ACUD), seperti dilaporkan oleh Reuters pada Senin (8/1/2024).
Pemerintah Mesir berharap program ini dapat menampung sebagian dari pertumbuhan populasi Mesir yang diperkirakan mencapai 1,6% setiap tahun.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
