JAKARTA, iNewsTangsel - Petualangan menggunakan sepeda motor listrik pertama kalinya dari Jakarta keliling dunia dilakukan seorang pria bernama Roman Nedielka.
Boleh jadi, ini merupakan sebuah tonggak bersejarah yang telah dicapai di bidang mobilitas listrik. Petualangan tanpa sponsor ini menjadi bukti potensi dan keandalan mobilitas listrik bahkan dalam kasus penggunaan jarak jauh.
Roman Nedielka, memulai perjalanannya dari Jakarta pada Juli 2023 dengan visi untuk menunjukkan kelayakan dan keandalan sepeda motor listrik melalui perjalanan jarak jauh yang ekstrem keliling dunia.
Menggunakan sepeda motor listrik standar Zero DSR/X tanpa modifikasi apapun, proyek perjalanan yang diberi nama “E.round the World” ini dimulai dari Indonesia hingga Malaysia, Thailand, Laos, China, Kazakhstan, Azerbaijan, Georgia, Turkiye, Bulgaria, Serbia, Hongaria, Slovakia, Ceko, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Australia, Timor Leste, dan kembali ke Indonesia menempuh jarak lebih dari 42.000 km keliling dunia seorang diri.
“Pertama kalinya seorang mengendarai sepeda motor listrik keliling dunia sendirian merupakan pencapaian luar biasa,”ungkap Roman, di Jakarta, Kamis (30/5/2024).
Roman menghabiskan waktu selama 10 bulan untuk perjalanannya. Selama perjalanan Roman menghadapi beragam tantangan dari budaya, iklim, dan bentang alam, yang masing-masing menghadirkan tantangan dan pengalamannya sendiri. Dari hutan-hutan di Asia Tenggara yang melintasi saat musim hujan, hamparan gurun pasir Kazakhstan yang luas dengan angin kencang, suhu beku Amerika Serikat di musim dingin, hingga suhu musim panas yang mencapai 45°C di musim panas Australia.
Menurut Roman, meski kondisinya menantang, perjalanan berjalan lancar tanpa kendala apa pun pada sepeda motor, hanya memerlukan perawatan khas sepeda motor tradisional seperti penggantian ban dan rem setelah 25.000 km.
“Sepanjang perjalanan, selalu ada kemungkinan untuk menemukan tempat pengisian daya. Saya cukup meminta izin kepada orang-orang di sana agar dapat menggunakannya untuk mengisi daya sepeda motor saya, dan secara umum, mereka ramah dan membantu. Saya tidak pernah kehabisan baterai selama perjalanan,” cerita Roman.
Roman menambahkan, salah satu fitur menonjol dari sepeda motor listrik adalah pengoperasiannya yang senyap, berbeda dengan kebisingan lalu lintas di Jakarta dan kota-kota di Tiongkok yang melarang sepeda motor berbahan bakar bensin. Tantangan utama selama perjalanan solonya adalah beradaptasi dengan berbagai kondisi cuaca dan menjalani prosedur bea cukai saat melintasi perbatasan. Selain itu, standar pengisian daya yang berbeda-beda di setiap negara mengharuskan adanya adaptor dan kabel yang sesuai untuk setiap lokasi.
Bagi yang ingin melakukan perjalanan solo, Roman menekankan pentingnya menjaga kebugaran fisik. Sebelum berangkat, ia melakukan persiapan dengan fokus pada asupan makanan, angkat beban, dan yoga. Selain itu, mengonsumsi makanan sehat juga sangat penting.
“Selama perjalanan, meskipun fokus utama saya adalah mengisi daya sepeda motor dan memastikan kelancaran pengoperasian, saya terkadang menghadapi tantangan dalam mengakses makanan yang layak,”ujar Roman.
“Kini setelah saya menyelesaikan petualangan ini, saya berharap dapat memprioritaskan kebiasaan makan yang lebih sehat dan kebugaran. Saya berharap bisa lebih memberi dampak pada potensi sepeda motor listrik di Indonesia karena jumlah sepeda motor 9 kali lebih banyak dibandingkan mobil. Jadi, dampaknya akan sangat besar jika masyarakat Indonesia menggunakan sepeda motor listrik,” imbuhnya.
Meskipun berasal dari latar belakang yang sederhana, berkat kerja keras selama 22 tahun dalam karirnya, ia dapat mencapai perjalanan ini tanpa sponsor atau monetisasi konten apa pun, sehingga menjamin keaslian dan relevansinya dengan publik.
Di akhir perjalanannya, Roman tetap berkomitmen untuk meningkatkan ekosistem e-mobilitas di Indonesia dan mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan opsi transportasi berkelanjutan.
“Saya berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mempertimbangkan mobilitas listrik dan berkontribusi terhadap peningkatan kelayakan hidup dan kualitas hidup di kota-kota di Indonesia,” demikian Roman.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait