JAKARTA, iNewstangsel.id – Dalam menghadapi tantangan komunikasi publik di era disrupsi informasi, peran media dan komunikasi sangat krusial dalam menjaga stabilitas informasi di tengah maraknya disinformasi, hoaks, dan tantangan digital.
Terkait hal itu, empat entitas media dan event terkemuka, menggelar diskusi dengan tema "Bagaimana Menghadapi Medan Perang Baru, Cognitive Warfare: Media, Narasi, dan Membangun Persepsi!" yang berlangsung di Antara Heritage Center, Jakarta, Senin (16/6/2025). Diskusi tersebut menghadirkan para tokoh kunci dalam bidang komunikasi publik dan korporat, termasuk Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso, serta pakar komunikasi dan pengajar Prof. Dr. Widodo Muktiyo, M.Comm.
Dalam paparannya, Hasan Nasbi menegaskan bahwa disinformasi dan polarisasi sosial kini masuk ke dalam empat besar ancaman global, setelah konflik bersenjata antar negara, ekonomi, dan perubahan iklim.
"Kerugian disinformasi akan mencapai 1000 triliun per tahun kalau ini dibiarkan akan semakin meningkat," ujar Hasan Nasbi, yang juga pendiri lembaga survei Cyrus Network dan konsultan komunikasi politik.
Sementara itu, Fadjar Djoko Santoso menyampaikan perspektif dari dunia korporasi, khususnya bagaimana perusahaan publik seperti Pertamina mengelola komunikasi krisis dan menjaga reputasi. Hal ini dilakukan melalui transparansi dan kecepatan dalam penyampaian informasi kepada publik.
"Kita juga menyiapkan infrastruktur untuk masyarakat memeriksa balik, dengan adanya call center, kita punya tim 24 jam untuk melayani masyarakat sehingga bisa meluruskan disinformasi," kata Fadjar, Juru Bicara sekaligus Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero).
"Hampir ada 350 informasi hoaks, 50 persen itu adalah informasi hoaks terkait dengan lowongan pekerjaan di Pertamina," tambah Fadjar.
Prof. Widodo Muktiyo juga menegaskan bahwa dunia komunikasi saat ini membutuhkan kolaborasi antarsektor agar informasi yang disampaikan tidak hanya cepat, tetapi juga bertanggung jawab dan edukatif.
"Saat ini yang dibutuhkan adalah kita semua memberikan oksigen pada bangsa ini sehingga kita semua punya kemampuan menanam rumput-rumput hijau dalam dunia virtual," ujar Prof. Widodo, Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret dan mantan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo.
Pakar komunikasi dan akademisi ini juga menekankan bahwa pemerintah dan masyarakat tidak terpisahkan dalam upaya ini. Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama tidak hanya meluruskan disinformasi, tetapi juga membentuk lingkungan digital yang kuat, positif, dan tahan terhadap serangan informasi palsu.
Talkshow ini menjadi pembuka dari rangkaian kerja sama jangka panjang empat entitas media dan event terkemuka, yakni LKBN ANTARA, Garuda TV, Indozone, dan ON US Asia. Kolaborasi ini bertujuan membentuk ekosistem komunikasi publik yang sehat, terbuka, dan inklusif dalam mencerdaskan bangsa, sebagai bagian dari visi menyambut Indonesia Emas 2045.
Editor : Aris
Artikel Terkait