CIPUTAT, iNewsTangsel.id - Praktik pelanggaran lalu lintas di bawah flyover Ciputat, Tangerang Selatan, kembali menjadi sorotan. Ketika tak ada petugas yang berjaga, sejumlah pengendara nekat melawan arus demi mempersingkat waktu tempuh, terutama saat jam-jam sibuk.
Pantauan pada Selasa (22/7/2025) menunjukkan banyak pengendara motor yang melaju dari arah UIN Syarif Hidayatullah ke SPBU Pisangan dengan mengambil jalur berlawanan arah. Mereka biasanya masuk ke Gang Mawar di samping SPBU, lalu melintas ke Jalan Molek hingga tembus ke Jalan Legoso Raya—rute pintas yang dianggap lebih cepat, meski berbahaya.
"Kalau ada petugas, gak ada yang berani. Tapi kalau kosong begini, ya pasti ada yang langsung lawan arah," ujar Iwan (28), driver ojek online yang kerap melintasi kawasan tersebut.
Kondisi ini tidak hanya melanggar aturan, tapi juga berisiko memicu kecelakaan. Bahkan, menurut warga sekitar, praktik serupa pernah memakan korban jiwa.
"Sudah pernah ada yang meninggal, ibu-ibu yang sedang antar anak sekolah. Tapi tetap aja orang-orang nekat lewat sini. Mungkin karena gak ada sanksi yang bikin jera," tutur Asih, pemilik warung di dekat lokasi.
Meski rambu larangan jelas terpasang, pelanggaran tetap terjadi nyaris setiap hari. Minimnya pengawasan serta lemahnya penegakan aturan disebut sebagai penyebab utama.
Sesekali, kepolisian dan Dinas Perhubungan memang menggelar razia, tapi dampaknya belum signifikan. Menurut pemerhati transportasi, Ridwan, dibutuhkan pendekatan yang lebih sistematis.
“Pelanggaran seperti ini tidak cukup diatasi dengan razia sesekali. Harus ada petugas yang berjaga rutin atau setidaknya pemasangan pembatas jalan dan CCTV aktif,” jelasnya.
Selain pengawasan, edukasi juga penting untuk membangun budaya tertib lalu lintas. Ridwan menekankan bahwa disiplin berkendara hanya bisa tumbuh jika ada konsistensi dari aparat, dibarengi dengan kesadaran masyarakat.
Sebagai catatan, pengendara memilih melawan arah karena akses putar balik di depan Polsek Ciputat Timur ditutup. Alternatif U Turn yang tersedia di Komplek Dosen UI Gintung dinilai terlalu jauh, sehingga banyak pengendara memilih jalur yang lebih cepat—meski berisiko tinggi.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait