JAKARTA, iNewsTangsel.id - Isu stunting masih menjadi persoalan besar dalam pembangunan kesehatan, khususnya pada balita di usia emas pertumbuhan. Rendahnya asupan protein hewani kerap disebut sebagai penyebab utama kondisi ini. Namun, warga Desa Suro, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, menunjukkan bahwa solusi bisa datang dari langkah sederhana: beternak ayam kampung.
Melalui program RT MAPAN GIZI (Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Gizi), warga sejak Maret lalu mengembangkan ternak ayam kampung yang kini mampu menghasilkan 150–170 butir telur setiap bulan. Telur-telur itu kemudian didistribusikan ke posyandu setempat sebagai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi 90 balita binaan. Setiap anak mendapat tiga butir telur ayam kampung secara rutin.
“Dengan cara ini, kebutuhan protein balita bisa terpenuhi dari sumber daya lokal, tanpa bergantung pada bantuan luar,” ujar Intan Khoerunnisa, petugas program, Senin (29/9/2025).
Hingga kini, inisiatif ini sudah mampu menutup sekitar 50 persen kebutuhan PMT di posyandu Desa Suro. Warga berharap ke depan pengelolaan bisa diperluas secara komunal agar menjadi usaha produktif bersama.
Titi Ngudiati, Kepala Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Jawa Tengah, menyebut langkah ini lebih dari sekadar penyediaan pangan. “Masyarakat telah membuktikan bahwa kemandirian pangan berbasis lokal bisa menjadi solusi nyata untuk melawan stunting,” katanya.
Selain ternak ayam, warga juga mengembangkan biogas dari limbah ternak sapi. Inovasi ini bukan hanya mengurangi biaya energi rumah tangga, tetapi juga berpotensi membantu keluarga rentan gizi dengan sumber energi yang lebih murah.
Keberhasilan Desa Suro memberi pesan penting: pencegahan stunting tidak harus menunggu bantuan besar dari luar, tetapi bisa dimulai dari langkah kecil, sederhana, dan berkelanjutan di tingkat masyarakat.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
