JAKARTA, iNewsTangsel.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menjadi perhatian publik karena cakupannya yang luas dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Di tengah dinamika diskusi dan kritik yang berkembang, data pelaksanaan menunjukkan bahwa program ini berjalan dengan standar yang cukup baik di banyak wilayah.
Peneliti senior Indonesia Food Security Review, Taufiq Pangestu, menilai program ini telah memberikan kontribusi nyata untuk memperkuat ketahanan gizi sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan sosial negara. “Hingga 7 November 2025, terdapat lebih dari 41 juta penerima manfaat yang terlayani. Program ini dioperasikan melalui 14.483 dapur layanan gizi di 38 provinsi dan 509 kabupaten/kota, dan menyerap lebih dari 525 ribu tenaga kerja,” ujar Taufiq, Sabtu (8/11/2025).
Menurutnya, salah satu indikator penting keberhasilan program adalah keamanan pangan. Dari hasil pemantauan, 411 daerah tercatat tanpa insiden keamanan pangan, yang menunjukkan adanya kepatuhan terhadap prosedur pengolahan makanan yang aman dan higienis.
Taufiq menjelaskan, keberhasilan tersebut tidak lepas dari sistem pengawasan yang diterapkan pemerintah, termasuk sertifikasi dapur, standar kebersihan, dan pemantauan bahan pangan yang digunakan. Ia menilai aspek ini merupakan bentuk tata kelola kebijakan yang disiplin dan terukur.
Di beberapa daerah, kata Taufiq, pelaksanaan MBG juga mendorong ekonomi lokal karena bahan pangan diperoleh dari petani dan pasar sekitar. Selain memastikan gizi terpenuhi, program ini sekaligus menggerakkan rantai ekonomi komunitas. “Ketika masyarakat melihat proses yang terbuka, kualitas yang terjaga, dan manfaat ekonomi yang menyentuh tingkat lokal, kepercayaan itu muncul dengan sendirinya. Program sosial yang kredibel memang tumbuh dari data, bukan sekadar narasi,” tuturnya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
