Ramadan Unik Lintas Etnis di Indonesia, Nomor 5 Terasa Kuat di Tangerang

Alifia Nur Faiza
Ramadan unik banyak tradisi dari berbagai etnis di Indonesia. (Foto: Thirdman/Pexels)

TANGSEL, iNews.id - Ramadan unik banyak tradisi dari berbagai etnis di Indonesia. Setiap daerah memiliki berbagai caramerayakan bulan suci tersebut.

Apa saja? Tradisi Unik Ramadan dari Berbagai Etnis di Indonesia

1. Meugang, Aceh
Tradisi unik Ramadan dari berbagai suku pertama adalah dari Aceh. Ketika memasuki bulan suci Ramadhan, masyarakat Aceh punya kebiasaan unik, yakni memasak daging lalu menyantapnya bersama keluarga, atau mengundang tetangga, anak yatim, dan fakir miskin.

Tradisi ini dikatakan sudah ada sejak masa Kerajaan Aceh dan dilakukan secara turun-temurun. Sultan Iskandar Muda yang memerintah Aceh Darussalam memerintah para petinggi istana untuk membagikan daging kepada rakyat yang membutuhkan.

Sebenarnya Meugang tidak hanya dilakukan saat Ramadhan saja, tapi juga menjelang Hari Raya Idul Adha. Makna dari tradisi Meugang ini adalah suka cita terhadap Ramadan dan menumbuhkan rasa kepedulian untuk bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim.

2. Malamang, Minang
Masyarakat Minangkabau punya tradisi menyambut Ramadan dengan membuat lemang (lamang) atau yang juga disebut dengan malamang. Lemang terbuat dari ketan yang dimasak dengan santan, lalu dikemas dalam wadah bambu yang dilapisi daun pisang.

Bagi orang Minang, lemang dianggap spesial dan selalu disajikan pada momen-momen besar Islam seperti Ramadhan, Lebaran, 12 Rabi’ul Awal atau Maulid Nabi Muhammad SAW.

Tradisi unik Ramadhan dari berbagai suku ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan bisa ditemui hampir di seluruh penjuru Minangkabau. Para warga pun tidak sendiri-sendiri membuat lemang, melainkan bergotong-royong untuk berbagi tugas.

Tujuan diadakan malamang adalah mempererat silaturami dan sebagai ajang berkumpul dan bercengkerama dengan kerabat.

3. Suru Maca, Bugis

Suru Maca atau Assurommaca adalah tradisi unik dari masyarakat Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan. Dikutip dari jurnal 'Assuro Maca di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros', tradisi Suru Maca dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur warga atas rezeki, berdoa bersama untuk menolak bala dan para leluhur, serta mempererat silaturahmi.

Tradisi Suru Maca dilakukan pada akhir Sya'ban atau sepekan sebelum Ramadhan. Warga Bugis akan menjajakan hidangan tradisional khas Makassar lalu berdoa bersama sebelum menyantap makanan.

Tradisi ini diperkirakan sudah ada jauh sebelum Islam masuk ke tanah Makassar.

4. Megibung, Bali

Tradisi unik Ramadhan dari berbagai suku lainnya adalah Megibung dari warga Karangasem, Bali. Budaya yang juga bisa disebut sebagai ngadang ini adalah makan bersama di mana beberapa orang duduk bersila membentuk lingkaran.

Di tengah-tengah mereka terdapat nasi berserta lauk-pauk yang dihidangkan di atas nampan atau daun pisang. Saat makan, mereka bisa saling mengobrol dan bercanda satu sama lain.

Megibung diyakini sudah dilakukan sejak tahun 1692 pada saat pemerintahan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem di Kerajaan Karangasem. Ketika prajuritnya sedang beristirahat usai penaklukan kerajaan di Sasak (Lombok), Sang Raja membuat aturan makan bersama-sama dengan melingkar.

Megibung juga memiliki beberapa etika yang cukup ketat, di antaranya makan harus menggunakan tangan, sisa makanan dari mulut tidak boleh berceceran, tidak boleh bersin, meludah, dan lain-lain.

Tradisi ini kemudian diadopsi oleh Muslim di Bali dan dilaksanakan menjelang atau di akhir Ramadhan untuk menyambut Lebaran. Biasanya sebelum melaksanakan Megibung, dilakukan khataman Alquran.

5. Nyorog, Betawi

Suku Betawi juga memiliki tradisi unik Ramadhan dari berbagai suku bernama Nyorog. Tradisi ini dilakukan dengan mendatangi rumah sanak saudara dan kerabat yang tinggal berjauhan sambil membawa bingkisan makanan.

Biasanya, bingkisan tersebut berupa berbagai jenis kue, sembako, atau makanan khas Betawi yang dimasukkan ke rantang. Nyorog merupakan penghormatan dari orang muda kepada yang lebih tua.

Tradisi ini diyakini sudah ada sejak zaman dahulu. Situs Dinas Kebudayaan Jakarta menyebutkan Nyorog diperkenalkan oleh para wali saat berupaya menyebarkan ajaran Islam.

Nyorog tidak hanya dilakukan menjelang Ramadhan saja, tapi juga menyambut Lebaran atau prosesi lamaran. Dalam prosesi lamaran, pihak lelaki mendatangi keluarga perempuan dengan membawa sorogan (sogokan) atau bingkisan.

6. Batahlil, Ternate

Batahlil merupakan tradisi Islam yang dimiliki masyarakat Ternate di Maluku Utara. Menjelang bulan suci Ramadhan, mereka akan melakukan batahlil yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur.

Tradisi Batahlil diawali dengan mengunjungi makam orang tua atau keluarga yang telah meninggal. Mereka lalu menaburkan potongan daun pandan di atas pusara kemudian menyiram dengan sebotol air sebelum berdoa. Tradisi ini mirip nyekar bagi masyarakat Jawa.

Setelah itu, warga melaksanakan tradisi unik Ramadhan dari berbagai suku bersama imam dan tetangga. Pelaku Batahlil adalah laki-laki, duduk berhadapan di tikar, dan imam duduk di ujung untuk memimpin.

Sambil berzikir dan berdoa, di hadapan warga disediakan bahan yang dibakar dan potongan daun pandan sebagai wewangian. Setelah Batahlil selesai, tuan rumah akan membagikan nasi kuning dan kue. 

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network