JAKARTA, iNewsTangsel.id - Rut dan Naomi, dua wanita yang terikat oleh kesedihan dan sama-sama pernah mengalami kehilangan, berdiri bersama di bawah terik matahari di ladang Moab. Kelaparan dan kematian telah menimpa keluarga mereka, dan Naomi memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Yehuda.
Di hadapan Rut, seorang janda muda asal Moab, terbentang dua jalan: satu, tinggal dalam lingkungan nyaman yang akrab di negara asalnya, dan yang satu lagi, sebuah perjalanan yang tidak menentu menuju tanah Yehuda yang tidak dikenal. Di Moab, masyarakatnya tidak menyembah Tuhan bangsa Yehuda – Tuhan yang disembah Naomi, dan Tuhan yang kita sembah saat ini.
Ibu mertua Rut, Naomi, memintanya untuk mencari kehidupan baru di antara orang Moab, di mana dia akan disambut dan diterima, namun tidak akan menyembah Tuhan. Sebaliknya, Rut malah memeluk ibu mertuanya. "Ke mana engkau pergi, aku pun akan ikut pergi,” kata Rut, “Bangsamu akan menjadi bangsaku, Tuhanmu, Tuhanku. Hanya kematian saja yang dapat memisahkan kita."
Masing-masing dari kita akan menghadapi pilihan-pilihan yang menuntut komitmen di luar hal yang wajar. Pertanyaannya jelas: Prinsip apa yang akan memandu keputusan Anda? Perjalanan Rut mendorong kita untuk dengan berani menyatakan kesetiaan kita, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dalam tindakan secara aktif yang membentuk kehidupan kita dan menghormati Tuhan.
Bagaimana rasanya menjalani kehidupan yang ditandai dengan komitmen teguh terhadap tuntunan Tuhan? Kita semua akan meninggalkan warisan bagi mereka yang berjalan di belakang kita. Apakah peninggalan Anda akan menjadi bukti kesetiaan Anda terhadap Tuhan?
“Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya” Amsal 19:22a
Editor : Hasiholan Siahaan