JAKARTA, iNewsTangsel.id - Perusahaan teknologi business to business (B2B), Ralali, melalui divisi barunya, Ralali Food, memperkenalkan inovasi di bidang teknologi pangan. Mereka menghadirkan produk makanan siap saji (ready to eat dan ready to serve) yang dipreservasi menggunakan teknologi pengawetan yang telah dipatenkan. Produk ini menawarkan makanan sehat tanpa bahan pengawet dengan daya simpan hingga 12 bulan pada suhu ruang.
CEO & Founder Ralali, Joseph Aditya, mengungkapkan bahwa sektor makanan dan minuman memiliki potensi bisnis yang tak pernah surut. Oleh karena itu, perusahaan fokus mengembangkan teknologi pendukungnya. Ralali berharap dapat bekerja sama dengan ribuan pelaku bisnis hotel, restoran, dan kafe (Horeca) di seluruh Indonesia.
"Kami mampu memproduksi makanan dalam bentuk kering dan basah. Teknologi yang kami gunakan adalah inovasi terbaru di industri makanan siap saji," ujarnya dalam ajang SIAL Interfood 2024 di JIExpo, Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Saat ini, Ralali Food telah mengembangkan ribuan menu, mulai dari lauk-pauk, sayur, hingga dessert seperti bubur ketan hitam. Produk-produk ini telah didistribusikan secara luas, termasuk ke pasar internasional, dan semuanya telah tersertifikasi halal. Ralali juga telah menjalin kerja sama dengan berbagai merek F&B, Horeca, pusat oleh-oleh, serta dipercaya Kementerian Agama untuk memenuhi kebutuhan konsumsi saat Haji.
"Dengan teknologi inovatif yang telah dipatenkan, kami ingin merevolusi sektor F&B. Produk ini dirancang untuk membantu pelaku bisnis menyajikan makanan berkualitas secara efisien, sekaligus menekan biaya operasional dapur. Proses penyajian hanya memerlukan pemanasan dengan microwave atau air panas, sehingga konsumen dapat langsung menikmatinya," jelas Joseph.
Ralali juga meluncurkan inovasi terbaru bernama Mina Soku, solusi makanan ready-to-serve yang praktis, tahan hingga 12 bulan pada suhu ruang, dan tersedia dalam lebih dari 100 varian menu.
"Makanan ini dirancang untuk menjaga kualitas dan rasa yang konsisten, dengan potensi margin keuntungan hingga 50 persen. Solusi ini memungkinkan pelaku usaha Horeca mengurangi biaya operasional dapur, meningkatkan efisiensi penyajian, dan menekan beban operasional," tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan