JAKARTA, iNewsTangsel - Nama Miftah Maulana Habiburrahman atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Miftah, menjadi sorotan tajam masyarakat. Desakan untuk pemecatannya dari jabatan Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan semakin menguat setelah insiden yang melibatkan dirinya dalam sebuah acara di Magelang. Hingga saat ini, petisi yang meminta pencopotan Gus Miftah telah ditandatangani oleh lebih dari 22.000 orang, menunjukkan betapa besarnya kemarahan publik terhadap tindakan yang dianggap merendahkan seorang pedagang es teh.
Peristiwa yang memicu kontroversi ini terjadi dalam acara bertajuk "Magelang Bersholawat" pada tanggal 3 Desember 2024. Dalam acara tersebut, Gus Miftah mengeluarkan komentar yang dianggap menghina seorang penjual es teh yang hadir di antara jemaah. Saat banyak orang meminta Gus Miftah untuk membeli dagangan pedagang tersebut, ia justru melontarkan sindiran yang tidak pantas. Komentar tersebut, yang disampaikan dalam bahasa Jawa, membuat suasana berubah menjadi tawa, namun meninggalkan rasa sakit hati bagi si penjual es yang hanya bisa terdiam.
Petisi yang dibuat pada 4 Desember 2024 itu menggambarkan rasa duka dan kemarahan masyarakat atas perlakuan Gus Miftah terhadap pedagang tersebut. "Hari dimana netizen tanah air merasakan perih, sakit hati yang mendalam atas apa yang terjadi pada bapak penjual es teh," demikian bunyi petisi tersebut. Banyak netizen yang mengekspresikan kekecewaan mereka melalui komentar yang beragam, dari yang menyayangkan tindakan Gus Miftah hingga menyatakan bahwa ia tidak layak menjabat sebagai pemuka agama dan pejabat publik.
Bukan hanya insiden tersebut yang membuat masyarakat geram. Sebelumnya, Gus Miftah juga pernah terlibat dalam beberapa kontroversi lainnya, termasuk laporan terkait tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istrinya. Hal ini semakin memperkuat tuntutan agar pemerintah mengambil langkah tegas terhadap Gus Miftah.
Dalam konteks ini, desakan untuk pemecatan Gus Miftah bukan hanya sekadar reaksi emosional, tetapi juga mencerminkan harapan masyarakat akan adanya keadilan dan penghormatan terhadap profesi serta perjuangan rakyat kecil. Banyak yang merasa bahwa seorang pemuka agama harus memberikan contoh yang baik dan tidak mempermalukan orang lain, apalagi di depan publik.
Masyarakat kini menunggu langkah konkret dari Presiden Prabowo Subianto terkait situasi ini. Apakah Gus Miftah akan tetap menduduki posisinya, ataukah akan ada tindakan tegas yang diambil untuk menunjukkan bahwa perilaku yang merendahkan tidak akan ditoleransi dalam pemerintahan saat ini? Satu hal yang pasti, kontroversi ini telah menciptakan gelombang besar di tengah masyarakat, dan suara mereka semakin kuat untuk menuntut perubahan.
Editor : Aris