JAKARTA, iNewsTangsel.id - Bayangkan Anda tinggal di sebuah rumah dengan fondasi yang retak. Seiring waktu, dinding akan mulai runtuh, dan langit-langit mungkin melengkung atau bahkan terbelah. Mungkin kerusakan tidak langsung terlihat, tetapi lambat laun, rumah itu akan hancur.
Dalam Markus 3:25, Yesus menyampaikan gambaran yang jelas tentang akibat dari perpecahan:
"Jika suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan. Dan jika sebuah rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan."
Yesus tidak hanya berbicara tentang kerajaan atau rumah secara fisik. Ia sedang mengajarkan prinsip penting yang berlaku dalam berbagai aspek kehidupan: di mana ada kesatuan, di situ ada kekuatan. Namun, ketika perpecahan menyusup ke dalam keluarga, komunitas, lingkungan, tempat kerja, atau gereja, itu melemahkan dan menghancurkan.
Perpecahan sering kali tidak terhindarkan, tetapi sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menjadi agen persatuan. Kesatuan ini tidak berarti keseragaman. Kesatuan tidak menuntut kita untuk berpikir, berbicara, atau bertindak dengan cara yang sama, tetapi justru mendorong kita untuk mencapai keharmonisan di tengah perbedaan.
Pikirkanlah: bagaimana Anda dapat mulai menumbuhkan kesatuan dalam ruang dan hubungan yang Allah percayakan kepada Anda? Langkah-langkah kecil dapat membuat perbedaan besar. Misalnya:
Mengabaikan pelanggaran kecil (Amsal 19:11).
Mendengarkan dengan penuh perhatian seseorang dengan sudut pandang berbeda (Filipi 2:3-4).
Mengalihkan pembicaraan dari gosip (Amsal 20:19).
Meminta maaf atas respons tergesa-gesa (Yakobus 5:16).
Setiap hari Anda diberi pilihan untuk membangun kesatuan. Jadi, renungkanlah: bagaimana Tuhan memanggil Anda untuk memupuk semangat persatuan hari ini?
Editor : Hasiholan Siahaan