Paus Fransiskus Wafat, Kardinal Suharyo: Dunia Kehilangan Sosok Sederhana dan Bersahaja

JAKARTA, iNews Tangsel.id- Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, meninggal dunia usia 88 tahun, Senin waktu setempat. Menurut laporan Vatican News, Kardinal Kevin Farrell mengumumkan bahwa Paus Fransiskus meninggal di kediamannya pukul 7.45 pagi waktu Vatikan.
Kepergian untuk selama lamanya Paus Fransiskus ini begitu menghadirkan kesan duka mendalam bukan hanya bagi umat Katolik namun juga seluruh warga dunia apapun agama dan suku bangsanya karena dikenal sebagai sosok bersahaja dan menampilkan kesederhanaan dalam hidupnya sebagai Paus.
Uskup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Kardinal Ignatius Suharyo mengungkapkan bahwa seluruh bangsa merasa kehilangan atas berpulangnya Paus Fransiskus, bukan hanya umat Katolik karena sikap sederhana dan bersahaja. Kardinal Suharyo menceritakan bahwa ponselnya tidak kunjung berhenti berdering sejak kabar Paus Fransiskus meninggal.
"Bukan hanya umat Katolik, tetapi seluruh bangsa kita sungguh-sungguh merasakan kehilangan dengan berpulangnya Paus Fransiskus karena sosoknya yang sederhana dan bersahaja," ujar Suharyo, dalam jumpa pers di Graha Pemuda Katedral, Jakarta, Senin (21/4/2025) sore .
“Ini saya banyak pertanyaan-pertanyaan dan ucapan bela duka dari sahabat, dari latar belakang apapun, yang sejak tadi sekitar jam 4 WIB membuat telepon saya berbunyi terus dengan ucapan-ucapan bela duka itu," sambung dia.
Kardinal Suharyo mengatakan, dirinya telah menerima pernyataan resmi dari Vatikan mengenai meninggalnya Paus Fransiskus. Ketika menerima kabar tersebut, Suharyo mengaku sempat tidak percaya Paus Fransiskus meninggal.
“Karena kemarin Paus Fransiskus masih hadir di tengah-tengah umat ketika seperti biasanya pada hari Minggu menyampaikan berkat untuk kota dan untuk dunia," ujar Suharyo.
Malahan, Suharyo sampai mengonfirmasi ulang kabar tersebut ke Dubes RI untuk Vatikan dan Dubes Vatikan untuk RI. Kedua orang itu juga membenarkan kabar Paus Fransiskus meninggal. Namun, Suharyo tetap mencari sumber lain untuk memastikan kabar tersebut.
"Informasi yang disampaikan oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia adalah masa berkabung di Vatikan itu 9 hari. Jadi, 9 hari sejak hari ini, baru akan dilaksanakan pemakaman," imbuh Suharyo.
Sebagai informasi, Paus Fransiskus lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936 dari pasangan imigran asal Italia, Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio tersebut sudah tertarik pada kehidupan religius sejak usia muda. Dia menempuh pendidikan di Argentina dan Jerman sebelum ditahbiskan sebagai imam Yesuit pada 1969.
Sebagai Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik, Fransiskus adalah Paus pertama yang berasal dari luar negeri Eropa sejak Gregorius III -- yang lahir di wilayah yang kini menjadi Suriah dan terpilih pada tahun 731. Bergoglio memilih nama kepausan Fransiskus untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi, seorang biarawan abad ke-13 yang dikenal karena kepeduliannya terhadap kaum miskin dan kasih sayangnya terhadap hewan.
Sejak mulai mengabdi kepada Gereja, kemudian menjadi Uskup Agung Buenos Aires pada 1998 dan terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma pada 2013, Paus Fransiskus tak pernah berhenti melayani umat dan menyerukan perdamaian dunia.
Momen bersejarah terjadi di tanah air ketika Paus Fransiskus juga berkesempatan melakukan lawatan ke Indonesia pada 3-6 September 2024 ketika ia menandatangani Deklarasi Istiqlal dan memimpin Misa Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada 5 September.
Salah satu momen yang paling menyentuh saat kunjungannya ke Indonesia saat itu adalah ketika Nasaruddin Umar, yang kala itu masih menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal mengecup kepala Paus Fransiskus, yang lekas dibalas Paus dengan mencium tangan Nasaruddin.
Adapun untuk kondisi fisik, Bergoglio diketahui sudah mengalami masalah kesehatan sejak usia mudanya. Di usianya yang menginjak umur 20-an tahun, ia harus menjalani operasi untuk mengangkat sebagian paru-parunya akibat infeksi pernapasan parah. Ketika beranjak menua di masa kepausannya, Paus Fransiskus kembali mengalami masalah pernapasan. Ia bahkan terpaksa membatalkan kunjungan ke Uni Emirat Arab pada November 2023 karena influenza dan pembengkakan paru.
Kondisi kesehatan Paus terus menurun pada tahun ini, yang berujung pada masa perawatan intensif di Rumah Sakit Gemelli Roma pada 14 Februari 2025 akibat pneumonia ganda. Tak lama setelahnya pada 18 Februari 2025, Vatikan menyatakan bahwa sang Paus mengidap pneumonia bilateral dan kondisi klinisnya memburuk. Pada 24 Februari, Vatikan menyatakan bahwa kondisi Paus membaik sedikit meski tetap dalam kondisi kritis. Pada 25 Februari, keadaan Paus masih kritis namun stabil.
Kondisi Paus dilaporkan membaik oleh Vatikan pada 26 dan 27 Februari. Namun, pada 28 Februari Vatikan menjelaskan bahwa Paus mengalami serangan bronkospasme dan alat bantu napas mekanis harus dipasangkan padanya untuk memastikan sirkulasi pernapasan masukan oksigen dan keluaran karbon dioksida tetap baik. Paus dilaporkan merespons positif perawatan tersebut.
Meski di tengah kondisi kesehatan yang melemah, Paus Fransiskus tetap berteguh menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Gereja Katolik hingga titik penghabisannya.
Bisa dikatakan, cukup mencengangkan berpulangnya dimana tepat sehari sebelum wafatnya, Paus Fransiskus tampil di hadapan publik untuk menyampaikan pernyataan Urbi et Orbi dalam rangka Minggu Paskah (20/4). Dengan suaranya yang lirih, Paus mengucapkan selamat Hari Raya Paskah dan menyerukan bahwa “Sang Kristus telah bangkit”.
Pesan Urbi et Orbi ini kemudian dibacakan oleh Uskup Agung Diego Ravelli, yang menyampaikan pandangan Paus bahwa Tanah Suci masih “dinodai oleh konflik” dan menjadi lokasi “terjadinya kekerasan tak berujung”.
Dalam pesan terakhirnya, sang Paus merasa amat prihatin terhadap warga Palestina di Gaza dan masyarakat Kristen di wilayah tersebut yang menderita akibat agresi Israel.
Paus Fransiskus juga menyerukan supaya “gencatan senjata segera terwujud di Jalur Gaza, semua sandera dibebaskan dan bantuan kemanusiaan bisa masuk.” Ia mendesak komunitas internasional bertindak konkret membantu rakyat yang menderita dan mewujudkan perdamaian.
Pada hari yang sama, Paus Fransiskus menerima kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance di kediaman resminya. Menurut Vatican News, Kedua pemimpin berbagi pandangan terkait kondisi internasional, khususnya mengenai negeri-negeri yang terdampak perang, ketegangan politik, dan situasi kemanusiaan yang memburuk.
Dalam pertemuan itu, Paus juga memberi penekanan terhadap nasib kaum migran, pengungsi, serta para tahanan kepada Wapres AS yang terpilih bersama Presiden AS Donald Trump akhir tahun lalu itu dan Paus Fransiskus dinyatakan meninggal keesokan harinya, Senin, 21 April 2025.
Semasa hidupnya, Paus Fransiskus teguh menunjukkan keyakinan dan ajaran sosial terhadap kekuatan rekonsiliasi, pentingnya dialog, serta penghentian kekerasan. Tekadnya menjalin hubungan baik dan persahabatan dengan semua orang tak peduli bangsa maupun agama layak terus mendapat sanjungan dunia karena dia tak pernah lelah berhenti menyerukan perdamaian dunia serta harmoni bagi umat manusia baik lewat kata maupun perbuatan.
Menurut Kardinal Suharyo, semua ajaran dan teladan hidup Paus Fransiskus bermuarapada pernyataan ini:“Kita semua DIPANGGIL untuk MENJADI KUDUS dengan menghayati hidup kita dengan kasih dan masing-masing memberikan kesaksiannya sendiri dalam kegiatan sehari-hari di mana pun kita berada”tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan