get app
inews
Aa Text
Read Next : 10.000 Anak Yatim Jadi Fokus Kampanye Sosial Dompet Dhuafa Tahun Ini

Kemensos: Pengelolaan Lembaga Yatim Tak Boleh Asal-asalan

Selasa, 29 Juli 2025 | 18:34 WIB
header img
Ini bagian dari implementasi UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Foto Elva

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Tata kelola lembaga pengasuhan anak yatim di Indonesia dinilai masih belum optimal dan perlu pembenahan serius. Dalam forum yang digelar di Jakarta, Selasa (29/7/2025), perwakilan pemerintah dan masyarakat sipil menegaskan pentingnya penguatan kapasitas dan profesionalisme lembaga sosial yang mengurus anak-anak yatim.

Sulistya Ariadi dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Kementerian Sosial RI, mengingatkan bahwa perlindungan terhadap anak merupakan amanat konstitusi dan harus diimplementasikan secara nyata, bukan hanya seremonial. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan perlindungan dari kekerasan. UU Perlindungan Anak mewajibkan negara dan masyarakat untuk hadir secara konkret,” tegasnya.

Ia menyebut salah satu tantangan utama adalah minimnya standarisasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA). Banyak lembaga masih menjalankan program secara tradisional tanpa sistem yang jelas, sehingga bantuan sering kali tidak tepat sasaran.

Hal senada disampaikan oleh Siti Rusmiati selaku Deputi 2 Program Sosial, Kemanusiaan dan Dakwah Dompet Dhuafa. “Pengelolaan lembaga yatim tidak bisa lagi dilakukan secara asal. Dibutuhkan sistem yang transparan, efisien, dan berkelanjutan agar hak-hak anak benar-benar terpenuhi,” ujarnya.

Hal ini mendorong Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa berkolaborasi dengan pemerintah melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) untuk merangkul dan berkolaboraksi bersama yayasan maupun lembaga pengelola yatim. Kegiatan ini juga menyoroti minimnya inovasi dalam program pemberdayaan anak, serta lemahnya pelibatan anak dalam proses pengasuhan dan pengambilan keputusan.

Sementara itu, pemerhati anak Kak Seto menekankan pentingnya pendekatan yang berorientasi pada psikologi anak. “Anak-anak membutuhkan ruang aman dan komunikasi yang sehat. Kekerasan, baik fisik maupun verbal, masih sering terjadi dan harus dihentikan,” katanya.

Para peserta forum sepakat bahwa penguatan pengawasan, pembinaan lembaga, serta peningkatan kapasitas pengurus adalah langkah mendesak untuk memastikan anak yatim tumbuh dalam lingkungan yang layak, aman, dan mendukung masa depannya.

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut