Angka Kelahiran Turun, Depopulasi Dini Ancam Indonesia

JAKARTA, iNewstangsel - Indonesia menghadapi potensi depopulasi lebih cepat dari perkiraan global. Bahkan, DKI Jakarta, diprediksi mengalami penurunan jumlah penduduk mulai 2026, jauh lebih awal proyeksi nasional yang memperkirakan hal serupa terjadi pada 2064. Isu ini mengemuka dalam seminar bertema “Dari Penurunan Fertilitas ke Depopulasi”.
“Angka fertilitas total (TFR) Indonesia terus menurun dan diperkirakan mencapai 2,0 pada 2035. Jika tren ini berlanjut tanpa intervensi, kita akan menghadapi krisis tenaga kerja, perlambatan ekonomi, dan beban sosial akibat populasi lansia yang terus bertambah,” ungkap Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kemendukbangga/BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto.
Dia menjelaskan, merespon kondisi ini, pihaknya menerapkan strategi “No More One Size Fits All”, yakni pendekatan kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi fertilitas masing-masing daerah. Selain itu, pihaknya juga menjalankan program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) dan SIDAYA (Lansia Berdaya) untuk mendukung keluarga muda dan mempersiapkan layanan bagi penduduk lansia.
“Depopulasi bukan ancaman yang harus ditakuti, tetapi tantangan yang harus diantisipasi. Dengan kebijakan yang tepat, kita dapat menjaga keseimbangan jumlah dan kualitas penduduk demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan,” tegas Bonivasius.
Sementara itu, Wakil Kepala Bidang Penelitian dan Pelatihan Lembaga Demografi FEB UI, Paksi C.K. Walandouw, menekankan pentingnya langkah antisipatif. Untuk itu, pemerintah perlu memastikan kebijakan yang mempermudah dan mempermurah biaya membesarkan anak, memperluas layanan pengobatan infertilitas, dan mengakui infertilitas sebagai penyakit yang dapat ditanggung asuransi.
“Selain penurunan alami angka kelahiran, depopulasi juga dipicu oleh meningkatnya jumlah pasangan childless (tak memiliki anak karena faktor medis) dan childfree (karena pilihan pribadi atau ekonomi). Data kami mencatat, sekitar 11–15% pasangan di Indonesia mengalami infertilitas,” imbuh Paksi.
Menurut dia, depopulasi pada tahap selanjutnya dapat berdampak serius pada tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan budaya. Seperti Jepang dan Korea Selatan menunjukkan pentingnya antisipasi kebijakan sejak dini untuk menghindari jebakan penuaan populasi Dengan langkah strategis yang tepat.
“Indonesia diharapkan mampu menjaga pertumbuhan penduduk yang seimbang demi keberlanjutan ekonomi dan kelestarian budaya di masa depan,” pungkas Paksi.
Editor : Aris