JAKARTA, iNewsTangsel.id - Penguasaan kemampuan dasar (literasi dan numerasi) yang baik merupakan modal penting bagi siswa untuk dapat mempelajari konsep pemahaman yang lebih tinggi.
Namun, hasil dari asesmen nasional menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia cenderung stagnan (bahkan menurun) selama dua dekade terakhir.
Pemerintah perlu bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain di bidang pendidikan dalam melakukan upaya-upaya khusus guna meningkatkan kemampuan numerasi dan literasi siswa Indonesia.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, dan The SMERU Research Institute (SMERU), menyelenggarakan Forum Diskusi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar 2023 (FOKUS) yang bertempat di Aula Lantai 1 Gedung A, Kemendikbudristek, Rabu (6/12/2023)
Acara ini bertujuan mempertemukan para pemangku kepentingan dan mitra pembangunan di sektor pendidikan untuk bersama-sama mendiskusikan tantangan serta peluang dan inovasi dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Prof. Nunuk Suryani dalam sambutannya memastikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru tidak pernah surut. “Kita terus mendorong guru untuk terus belajar, berbagi, berkolaborasi agar dapat bersama menciptakan ekosistem pendidikan yang saling berdaya dan saling menguatkan,” katanya.
Lanjutnya, pemerintah terus melakukan kerja sama dengan pemangku kepentingan, termasuk dengan organisasi masyarakat. “Kerja sama pemerintah dan mitra pembangunan tidak sebatas suksesnya satu program yang sedang dijalankan, namun ini menyiratkan satu keniscayaan, yaitu masa depan pendidikan anak-anak kita adalah tanggung jawab kita bersama,” sambung Nunuk.
Saat ini, Kemendikbudristek telah membuat modul strategi penguatan literasi dan numerasi untuk para guru SD dan SMP. “Selain itu terdapat konten pelatihan guru yang dapat diakses di Platform Merdeka Mengajar (PMM),” ungkapnya.
Dirinya juga mengapresiasi Tanoto Foundation dan The SMERU Research Institute yang telah menyelenggarakan forum ini. “Saya yakin banyak hal yang dapat kita ambil dari forum yang melibatkan banyak pakar dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan ini.
Tidak ada perubahan tanpa gotong royong. Pada akhirnya, upaya yang kita lakukan dapat memberikan pendidikan yang layak dan berkualitas bagi anak-anak kita,” tutup Nunuk.
Di tempat yang sama, Tanoto Foundation Indonesia Country Head, Inge Kusuma mengatakan bahwa Tanoto Foundation berkomitmen terus mendukung program dan kebijakan di bawah payung Merdeka Belajar yang telah dilakukan Kemendikbudristek sebagai upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa. “Melalui kebijakan Merdeka Belajar ini, pemerintah memberikan fleksibilitas kepada guru untuk fokus kepada penguatan kemampuan dasar seperti numerasi dan literasi.
Namun, pemerintah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk mitra pembangunan dan stakeholder,” katanya. Setiap program yang kami jalankan selalu kami ukur dan kami pastikan dapat memberikan dampak bagi penerimanya.
Beberapa dari program tersebut menghasilkan inovasi dan dampak yang besar. Melalui forum ini kami ingin berbagi hal tersebut sehingga bersama-sama kita bisa menciptakan lebih banyak inovasi lagi demi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia,” tutup Inge.
Turut hadir dalam forum ini perwakilan dari kementerian lembaga lainnya yaitu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan – BAPPENAS, Amich Alhumami, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Muhammad Zain, Kepala BSKAP Kemendikbudristek, Anindito Aditomo Plt. Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan Kemendikbudristek, Irsyad Zamjani, Plt Direktur Pendidikan Profesi Guru (PPG), Dirjen GTK Kemendibudristek, Adhika Ganendra, dan Kepala Balai Besar Guru Penggerak Sumatera Utara, Joko Ahmad Julifan.
Forum ini juga diisi oleh para peneliti dan ahli dari institusi pendidikan dan lembaga non pemerintah seperti Guru Besar Universitas Katolik Widya Mandala, Prof. Anita Lie, Dekan National Institute of Education (NIE), Alexius Chia, Direktur Senior Global School Leaders, Dewi Susanti, pendiri Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika dan Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Membaca, Dhitta Puti Sarasvati, Peneliti Senior SMERU, Asri Yusrina, School Improvement Program Lead Tanoto Foundation, Golda Eva Simatupang, peneliti mitra Tanoto Foundation, Ariyadi Wijaya dan Luciana, serta Training Specialist Tanoto Foundation, Jepri Sipayung.
Faktor Guru Dalam Perbaikan Kualitas Pendidikan
Dalam forum diskusi ini, dibahas mengenai bagaimana pendidikan dan pelatihan calon guru dan guru, serta dukungan yang sesuai jenjang karier guru menjadi faktor penting yang harus dicermati dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Diperlukan calon guru yang sudah terseleksi secara berkualitas dan mendapatkan pendidikan yang profesional. Dalam prosesnya, perlu ada perbaikan pada tiga tahapan pendidikan calon guru, yaitu seleksi, proses pembelajaran, dan kelulusan. Selain itu ditegaskan juga perlunya kejelasan penempatan saat calon guru lulus.
Selain itu, dukungan sesuai jenjang karier guru juga ditekankan. Pemberian dukungan bagi guru ini telah diterapkan oleh National Institute of Education (NIE). Dalam sesinya, Alexius Chia menerangkan bahwa di Singapura, guru pemula akan mengikuti program bimbingan terstruktur, program induksi bagi guru, kesempatan pengembangan profesionalisme, serta mendapatkan umpan balik dan penilaian yang berkesinambungan.
“Dukungan untuk guru dalam jabatan tentu berbeda dari yang diberikan kepada guru pemula. Guru-guru yang sudah berpengalaman dapat mengikuti program pengembangan kepemimpinan, pelatihan dan kursus khusus, dan jalur kemajuan karier. Guru-guru ini juga akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesionalisme mereka, melakukan penelitian dan pengembangan, dan jejaring pendukung yang berkelanjutan. Sementara itu, guru-guru yang lebih senior, atau kepala sekolah, akan mendapat dukungan yang lebih berfokus pada pengembangan diri,” ucap Alexius.
Inovasi Pendidikan dalam Penerapan Kurikulum Merdeka
Forum ini diisi pula dengan sesi pemaparan interaktif berbagi inovasi yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah mitra Tanoto Foundation atau yang disebut Fasilitator Tanoto Foundation. Inovasi-inovasi yang dipaparkan menjadi sumber ide dalam penerapan Kurikulum Merdeka.
Dalam paparannya, para fasilitator ini menjelaskan bagaimana mereka membantu guru dan kepala sekolah di daerah mereka dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan berbagai inovasi.
Beberapa contohnya adalah Perpustakaan Hibrida SMPN 5 Semarang dan SMPN 4 Sungai Apit, Siak, Riau, yang di mana buku-buku di perpustakaan sekolah tersebut disediakan di dalam versi fisik dan digital sehingga dapat mengakomodir minat baca para murid.
Lalu, ada Intensifikasi Supervisi Melalui Aplikasi Digital di Kendal, Jawa Tengah, dimana terdapat aplikasi digital yang membantu kepala sekolah memvisualisasikan hasil supervisi literasi dan numerasi dari setiap sekolah. Selain itu, ada juga game berbasis digital yang berjudul “Misi Menjaga Bumi” dari SDN 1 Brangsong, Kendal, yang bertujuan menumbuhkan kesadaran siswa dalam mengelola sampah.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait