TANGSEL, iNewsTangsel - Kawasan Bumi Serpong Damai atau yang kini dikenal dengan BSD City merupakan kota baru, kota medern yang cukup familiar di telinga masyarakat.
Kota di selatan Jakarta ini dulunya merupakan kebun karet yang sudah tidak aktif. Namun siapa sangka, kini BSD City merupakan ikon kota modern di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Dibalik modern dan megahnya pembangunan BSD City, rupanya ada proses pembangunan proyek yang penuh dengan dengan cerita menarik, mulai dari fakta bahwa dulunya BSD City adalah hutan karet yang banyak ditemukan mayat, hingga proyek mangkrak karena krisis ekonomi.
Menurut laporan Propertypro, pada awal tahun 1980-an, kawasan Serpong ini dahulu merupakan hutan karet yang sudah tidak terawat, daerah itu jauh dari kawasan hunian, jalannya tidak beraspal, becek serta tanpa lampu penerangan.
Bahkan, ketika malam menjelang, daerah ini begitu sunyi, gelap gulita, bahkan di kawasan ini sering ditemukan mayat korban kejahatan. Tak heran jika kemudian dahulu banyak orang menyebut kawasan ini sebagai lokasi pembuangan mayat.
Namun pada tahun 1984, pengusaha sekaligus konglomerat Eka Tjipta Widjaja atau Ir. Ciputra melirik kawasan Serpong ini yang kemudian menyulapnya menjadi kawasan hunian. Ciputra melihat, kawasan ini merupakan daerah yang menjanjikan untuk pengembangan properti.
Sejak tahun 1984 melalui bendera Ciputra Group dirinya membangun sebuah kota mandiri yang diberi nama Bumi Serpong Damai (BSD City). BSD City dikerjakan oleh Sinar Mas Land yang merupakan salah satu anak usaha dari Sinar Mas Group.
Sejak awal mula diluncurkan, Bumi Serpong Damai memang sudah dikonsepkan sebagai sebuah kota mandiri yang tidak hanya membangun pemukiman, tetapi juga pusat pendidikan, pusat perbelanjaan hingga perkantoran.
Dikutip dari berbagai sumber, saat ini pengelolaan perusahaan tersebut dijalankan oleh anak-anaknya sejak Eka Tjipta Widjaja meninggal pada Januari 2019.
Namun dibalik kesuksesan imigran asal Tionghoa yang memiliki nama asli Oei Ek Tjhong ini, ada cerita yang patut menjadi teladan. Eka Tjipta Widjaja tidak meraih kesuksesan dalam sekejab. Dia memulai usahanya sebagai biskuit dan kembang gula di Kota Makassar pada masa remajanya.
Kini, grup bisnis di bawah Sinar Mas yang dimilikinya banyak merajai industri di Tanah Air. Sinar Mas memiliki berbagai usaha, mulai dari sektor kertas, real estate, jasa keuangan, kesehatan, agribisnis dan telekomunikasi.
Berkat bisnisnya itulah, saat ini keluarga Ciputra menjadi salah satu konglomerat terkaya di RI. Melansir dari Forbes, keluarga Ciputra menduduki peringkat nomor 3 orang terkaya di Indonesia tahun 2022. Harta keluarga Widjaja yang tercatat pada 2022 mencapai US$ 10,8 miliar atau sekitar Rp 162,5 triliun (kurs Rp 15.049).
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait