"Bapak/Ibu sekalian, B2SA itu tidak mahal. Kita bisa memanfaatkan sumber pangan yang ada di sekitar pekarangan rumah. Jangan mencari yang susah untuk didapat. Dan juga, misi kita makan bergizi, jadi dapat dipahami semua kebutuhan gizi dalam setiap menu dapat memenuhi standar B2SA, bukan hanya kenyang, tapi harus sehat," ungkap Rinna.
Rinna menambahkan, pada tahun 2024, Badan Pangan Nasional mengembangkan Rumah Pangan B2SA di 175 titik lokasi desa prioritas yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia.
Adapun berdasarkan hasil pengukuran skor Pola Pangan Harapan (PPH), jumlah konsumsi padi-padian tahun 2023 sebesar 1192kkal/kap /hari atau sebesar 56,7 persen dari total AKE 2100 kkal/kap/hari. Jumlah tersebut jauh lebih melampaui dari target ideal yang ditetapkan yaitu 1050kkal/kap/hari. Hal ini menandakan konsumsi sumber karbohidrat masyarakat Indonesia masih melampaui batas ideal karena masih belum mencapai prinsip B2SA yang ideal.
Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengolah menu B2SA, dalam kegiatan Rumah Pangan B2SA juga dilaksanakan demo olahan pangan lokal dengan menggandeng seperti kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan beberapa stakeholder lainnya.
Dengan adanya Program Rumah Pangan B2SA dengan komponen kegiatan sosialisasi dan edukasi dan demo memasak olahan pangan lokal ini, harapannya masyarakat dapat mengaplikasikan pola konsumsi pangan B2SA di Rumah Pangan dan di rumah masing-masing dalam menyajikan menu makan harian.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait