Kelapa Sawit Sebagai Solusi untuk Energi Masa Depan

Shanty Brilliani Tasya
Industri sawit bukan hanya sumber bahan baku tradisional, tetapi juga ujung tombak Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, kelapa sawit justru muncul sebagai solusi untuk energi masa depan. Buku terbaru yang diterbitkan oleh Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) berjudul “Sawit, Anugerah yang Perlu Diperjuangkan” memberikan sudut pandang baru tentang potensi sawit sebagai bahan baku bioavtur untuk penerbangan, selaras dengan komitmen global terhadap energi terbarukan dan target Net Zero Emissions 2060.

Dalam peluncuran yang digelar di Hotel Luwansa, buku ini menekankan bahwa Indonesia, sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, memiliki peluang besar untuk memimpin industri energi hijau. "Sawit bukan hanya sekadar komoditas, tetapi juga solusi masa depan untuk sektor energi, termasuk pengembangan bahan bakar penerbangan ramah lingkungan," kata penulis dari IPOSS dalam presentasinya pada Kamis (05/9/2024) di Jakarta.

Sejak diperkenalkan di Indonesia, kelapa sawit telah berkembang pesat dan menjadi tumpuan ekonomi bagi lebih dari 16 juta penduduk. Selain itu, sawit diakui sebagai salah satu sumber utama untuk berbagai produk turunan. Dengan lebih dari 179 produk hilir sawit, mulai dari bahan pangan hingga kosmetik, kini sawit juga menjangkau sektor energi, khususnya biodiesel, dan yang terbaru adalah bioavtur.

Kemajuan dalam hilirisasi sawit membuka jalan untuk inovasi energi terbarukan, yang tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional. Bioavtur dari kelapa sawit dipandang sebagai bahan bakar utama masa depan untuk industri penerbangan global, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan berkontribusi besar terhadap penurunan emisi karbon.

Buku ini juga membahas berbagai tantangan, seperti regulasi internasional yang semakin ketat, termasuk European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang akan mulai diterapkan Uni Eropa pada akhir 2024. Regulasi ini mengharuskan produk sawit memenuhi standar bebas deforestasi, yang menuntut adanya jejak ketertelusuran (traceability) yang jelas. Indonesia, bersama negara-negara penghasil sawit lainnya, sedang bernegosiasi agar tidak merugikan petani sawit.

Editor : Hasiholan Siahaan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network