Oknum Bripda Licik, Jebak Calon Pegawai KAI Pasang Tarif Rp170 Juta

Irfan Ma'ruf
Seorang pemuda, Arif, menjadi korban penipuan rekrutmen kerja di PT KAI. Pelaku utama adalah seorang oknum polisi Bripda WSN yang menjanjikan kelulusan jika Arif membayar sejumlah uang.(ist)

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Seorang pemuda, Arif, menjadi korban penipuan rekrutmen kerja di PT KAI. Pelaku utama adalah seorang oknum polisi Bripda WSN yang menjanjikan kelulusan jika Arif membayar sejumlah uang.

Modus operandi yang digunakan adalah memanfaatkan jaringan keluarga polisi dan oknum internal PT KAI. Arif bukan satu-satunya korban, ada beberapa orang lain yang juga mengalami hal serupa.

 Bripda WSN diketahui berdinasi di Polda Metro Jaya mematok tarif sebesar Rp170 juta untuk posisi masinis dan Rp50 juta untuk posisi teknisi. 

Arif menjelaskan bahwa ia pertama kali mengenal Bripda WSN melalui Ajeng, istri dari seorang polisi aktif. Ajeng mempublikasikan informasi lowongan kerja di PT KAI melalui status WhatsApp, yang kemudian dilihat oleh istri Arif. Ajeng meyakinkan bahwa rekrutmen ini aman karena dilakukan oleh sesama keluarga polisi. Pertemuan pertama antara Arif, Ajeng, dan Bripda WSN terjadi di rumah Ajeng pada malam hari.

“Ajeng bilang, ‘kita ini kan keluarga polisi, masa kita tipu? Kita enggak bakal tipu’. Karena itu, saya akhirnya datang dan bertemu dengan Wahyu (Bripda WSN). Wahyu kemudian menjelaskan mekanisme rekrutmen, yang katanya hanya membantu meloloskan data saya yang sudah berkeluarga. Sisanya, tes tetap dilakukan seperti biasa, dan kalau tidak lolos, uang akan dikembalikan,” jelas Arif saat dikonfirmasi, pada Selasa (17/9/2024).

Setelah menyetorkan uang untuk posisi teknisi, Wahyu kembali menawarkan posisi masinis dengan janji yang lebih menggiurkan. Arif pun menyetorkan uang tambahan, namun hingga kini posisi tersebut tidak pernah ia dapatkan. Arif mengatakan bahwa uang Rp50 juta yang disetorkannya adalah sebagai jaminan sebelum pelunasan penuh.

“Seharusnya Rp170 juta, tapi saya baru setor Rp50 juta. Kesepakatannya, kalau sudah tanda tangan atau dapat nomor SK, baru pelunasan. Namun ternyata Wahyu tidak menyetor uang tersebut ke orang dalam PT KAI bernama Sekar, yang ternyata juga terlibat dalam kasus ini,” lanjut Arif.

Arif menyebut bahwa Sekar, yang sebelumnya bekerja di PT KAI, sudah dipecat karena terlibat dalam penipuan rekrutmen. Menurut Arif, sistem rekrutmen jalur belakang ini memang ada dan melibatkan oknum polisi, sehingga ia percaya dan menyetorkan uangnya. Namun, masalah muncul ketika Wahyu tidak menyetorkan uang tersebut ke Sekar, yang memperpanjang proses rekrutmen fiktif ini.

Arif yang semakin curiga karena belum ada kabar lebih lanjut, akhirnya menelusuri keberadaan Wahyu dan mendatangi rumahnya. Dari informasi tetangga, diketahui bahwa rumah tersebut sudah disita oleh pihak lain, menunjukkan adanya korban-korban lain yang sadar terlebih dahulu.

Ketika ditanya tentang jumlah korban lainnya, Arif mengungkapkan bahwa setidaknya ada beberapa orang yang juga menjadi korban, termasuk anggota polisi aktif. “Saya tahu ada korban lain seperti saudara saya, Rocky, dan beberapa orang lagi. Ada juga yang menghubungi saya melalui media sosial dan baru sadar kalau tertipu,” ujar Arif.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network