JAKARTA, iNewsTangsel.id - Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak yang ingin mendorong kemajuan Indonesia. Meski pembahasannya telah masuk dalam RUU BUMN, pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy menyampaikan sejumlah masukan penting terkait pendirian Danantara.
Ichsanuddin menyoroti bahwa alotnya pembentukan Danantara tidak terlepas dari tarik-menarik kepentingan berbagai pihak, terutama mereka yang menolak pendiriannya. “Selama model Danantara seperti sekarang, tarik-menarik itu tidak akan selesai. Ini bukan sekadar soal kekuasaan, tapi juga soal perebutan uang,” ujarnya kepada wartawan, Senin (27/1).
Ichsanuddin mengungkapkan bahwa wacana Danantara mengingatkannya pada diskusi bersama Prabowo Subianto dan mendiang Rizal Ramli pada 2019, ketika Prabowo mencalonkan diri sebagai presiden. Dalam diskusi tersebut, Ichsanuddin menyampaikan dua gagasan strategis: restrukturisasi aset negara dan pendirian Badan Penerimaan Negara (Internal Revenue Services).
Gagasan restrukturisasi aset ini muncul karena banyak aset negara dinilai telah dikuasai korporasi domestik dan asing. Ia juga menyoroti perlunya laporan real-time terkait produksi energi, pertambangan minyak, dan gas untuk mengatasi potensi kerugian negara akibat manipulasi realisasi produksi, rekayasa investasi demi tax holiday, serta transfer pricing strategis.
Menurutnya, kehadiran Danantara dapat menyelesaikan praktik-praktik merugikan tersebut. Dengan pengelolaan yang baik, Danantara diharapkan mampu mengoptimalkan aset tangible maupun intangible.
Editor : Hasiholan Siahaan