Tinggal di Tanah Bergerak, Warga Lebak Hidup dalam Kecemasan

Elva
Salah satu rumah warga yang temboknya retak akibat bencana tanah bergerak di Kampung Cipasung, Warunggunung, Kabupaten Lebak, belum lama ini. Foto Ist

LEBAK, iNewsTangsel.id - Bagi sebagian warga Kabupaten Lebak, Banten, musim hujan bukan sekadar soal genangan atau banjir. Air hujan yang mengguyur sepanjang tahun justru bisa menjadi awal bencana yang lebih mengkhawatirkan. Dari 28 kecamatan yang ada, 27 di antaranya masuk kategori rawan pergerakan tanah. 

“Hanya Rangkasbitung yang disebut aman. Sisanya, warga selalu dicemaskan dengan tanah bergerak di bawah rumah yang bisa bergeser kapan saja,” Kepala BPBD Lebak, Febby Rizky Pratama, Senin (15/9/2025).

Dia menjelaskan, sejarah mencatat beberapa kali pergerakan tanah benar-benar memaksa warga kehilangan tempat tinggal. Pada 2019, warga Kampung Jampang di Kecamatan Cimarga harus mengungsi setelah tanah rumahnya terbelah. Tiga tahun berselang, 2022, giliran Kampung Curug Panjang di Kecamatan Cikulur yang diguncang pergeseran tanah.

“Tahun ini, kejadian serupa kembali melanda Cihara pada 2024 dan Kampung Cipasung, Warunggunung, belum lama ini,” terang Febby,

Menurut dia, struktur tanah yang labil ditambah curah hujan tinggi memang menjadikan Lebak seperti wilayah yang selalu bergerak. Apalagi, faktor geografis membuat banyak desa rentan pergeseran tanah, sehingga rumah-rumah warga seperti berdiri di atas ancaman yang tak kasat mata.

“Untuk meminimalisir risiko, kini kami berupaya menyusun peta kawasan rawan bencana (KRB) pergerakan tanah. Peta ini diharapkan bisa menjadi panduan mitigasi, agar masyarakat tahu zona mana yang aman dan mana yang harus diwaspadai,” ungkapnya. 

Bagi warga yang pernah merasakan langsung pergerakan tanah di rumahnya, tentunya masih merasakan trauma. Salah satunya, Murtasah (60), warga Kampung Cipasung, Kecamatan Warunggunung mengaku, setiap hujan deras ia tak bisa tidur nyenyak. Apalagi, ditambah suara gemeretak di rumahnya menambah rasa khawatir. 

“Sejak tanah di wilayah ini bergerak beberapa hari lalu, hampir setiap hari ada retakan bermunculan di dinding rumah. Takut retakan makin besar dan tiba-tiba tanah longsor. Rasanya tidak aman,” ucapnya.  

Dia mengungkapkan, ada lima rumah warga yang mengalami kerusakan berat. Satu di antaranya, milik Habsah, seorang janda tua, ambruk rata dengan tanah. Sementara itu, warga lainnya masih memilih bertahan di rumah masing-masing meski kondisi bangunan penuh retakan. 

“Sejumlah rumah lain mengalami kerusakan ringan, namun berpotensi menjadi berat jika pergerakan tanah kembali terjadi,” tegasnya. 

Murtasah menambahkan, warga berharap ada solusi nyata, setidaknya berupa hunian sementara agar bisa tinggal lebih aman sambil menunggu langkah perbaikan. Selain itu, relokasi bagi yang tinggal di daerah paling rentan. 

“Saat ini kami mencoba bertahan dengan segala keterbatasan. Namun rasa takut, cemas, dan harapan yang tak pasti kini menjadi bagian dari keseharian kami semua,” imbuhnya. 

Editor : Elva Setyaningrum

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network