JAKARTA, iNewsTangsel.id - Bagi Sukarmi Ningsih, kepedulian bukan sekadar kata. Di tangannya, empati menjelma menjadi gerakan nyata yang mengubah hidup banyak orang. Perempuan yang telah lebih dari dua dekade mengabdi sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini baru saja mewujudkan impian besarnya: menghadirkan Toko Mandiri Indogrosir (TMI) Difabel di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur.
TMI Difabel bukan sekadar toko ritel. Di sana, penyandang disabilitas — khususnya tuna grahita — belajar mengelola usaha, melayani pelanggan, dan memahami dunia kerja secara langsung. Bagi Sukarmi, toko itu adalah ruang belajar sekaligus simbol kemandirian.
“Saya ingin menunjukkan bahwa difabel juga bisa berdiri di atas kaki sendiri. Mereka tidak hanya butuh bantuan, tapi kesempatan untuk berkarya,” ujarnya dengan senyum hangat, Sabtu (4/10/2025).
Berangkat dari kepedulian terhadap warga difabel di lingkungannya, Sukarmi menggagas ide mendirikan usaha yang bisa dijalankan oleh mereka sendiri. Ia kemudian menggandeng Bank Jakarta dan Indogrosir untuk mewujudkannya. Dukungan datang bertubi-tubi. Bank Jakarta menyediakan fasilitas keuangan dan pelatihan digital, sementara Indogrosir berbagi model bisnis ritel yang siap diterapkan.
Kini, TMI Difabel beroperasi bukan hanya sebagai toko kebutuhan sehari-hari, tetapi juga sebagai Agen JakOne Abank yang melayani transaksi perbankan masyarakat sekitar. Dari setor-tarik tunai hingga pembayaran tagihan, semuanya dilayani langsung oleh difabel yang telah dilatih.
Sukarmi percaya, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. “Saya hanya ingin mereka merasa dihargai, punya tempat, dan bisa mandiri. Karena setiap orang punya potensi, hanya butuh ruang untuk tumbuh,” tuturnya.
Atas inisiatif ini, dukungan terus mengalir dari berbagai pihak. Direktur Bisnis & Syariah Bank Jakarta, Dipo Nugroho, menyebut langkah Sukarmi sejalan dengan visi inklusi ekonomi berkeadilan. Sementara Sekretaris Perusahaan Bank Jakarta, Arie Rinaldi, menegaskan bahwa pemberdayaan difabel seperti ini adalah bagian penting dari pembangunan sosial di ibu kota.
Dari sebuah gang kecil di Bambu Apus, langkah Sukarmi kini bergema luas. Ia telah membuktikan bahwa inklusi bukan hanya wacana — tapi perjuangan nyata yang bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap disabilitas.
“Selama kita punya niat baik, pasti ada jalan,” kata Sukarmi menutup percakapan dengan mata berbinar.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait