JAKARTA, iNewsTangsel - Diskusi industri dan perdagangan Bakery ASEAN Talk 2025 sukses digelar di Academy of Pastry and Culinary Arts Indonesia, pada Selasa (28/10/2025). Acara ini menjadi momentum krusial untuk memperkuat hubungan bilateral Tiongkok-Indonesia di sektor bakery dan confectionery, sejalan dengan pertumbuhan pesat ASEAN yang mencapai 8-10% tahunan sejak 2020.
Sebagai ekstensi dari Bakery China—pameran dagang terbesar global untuk industri roti dan kue—acara ini fokus pada transfer pengetahuan dan sinergi teknologi lintas batas. Dengan keunggulan rantai pasok Tiongkok dan pasar dinamis Indonesia, kolaborasi ini membuka peluang investasi hingga miliaran dolar di manufaktur peralatan dan bahan baku berkelanjutan.
Tiga pilar utama diskusi dalam acara ini mencakup penguatan koneksi antarnegara, tren inovasi pasar terkini, serta kemitraan bisnis bernilai tinggi yang mendukung hilirisasi industri makanan di Indonesia.
“Tiongkok dan Indonesia memiliki keunggulan yang saling melengkapi dalam rantai pasok, inovasi produk, dan produksi peralatan industri,” ujar Lin Li, Managing Director Bakery China, dalam keteranganya, Jumat (31/10/2025).
Zhang Jiukui, President CABCI, menyampaikan optimisme dalam sambutannya: “Kemitraan industri bakery antara Tiongkok dan Indonesia kini memasuki babak baru yang penuh peluang menarik.” Ia menekankan bahwa kolaborasi ini akan mendorong inovasi, pertukaran teknologi, dan pengembangan industri yang lebih berkelanjutan di kedua negara.
Sesi "Round Table Dialogue" yang dipandu Miao Zhuqun, Vice Chairman CABCI, melibatkan tokoh kunci seperti Song Lei dari Angel Yeast East & Southeast Asia dan Luwei Lin dari Dali Group. Diskusi bertema "China-Indonesia Bakery and Confectionery Industry Development and Exchange" menyoroti komplementaritas sumber daya, inovasi produk, dan manufaktur peralatan untuk ekosistem terintegrasi.
Kevin Yang, Director Nanyang Dashifu Indonesia, dan Dani Solichin, Director Prambanan Kencana, berbagi strategi ekspansi pasar lokal dengan teknologi Tiongkok. Liu Yongzheng dari AOKA menambahkan bahwa integrasi rantai pasok dapat memangkas biaya produksi hingga 20% melalui impor bahan premium seperti ragi dan aditif khusus.
Acara ini menampilkan 13 perusahaan unggulan seperti Shanghai Xinrong Food, Xishu Food, dan Wilmar International, yang memamerkan inovasi bahan baku dan solusi aplikasi untuk roti bebas gluten serta kue rendah gula. Hadir pula eksekutif dari Indofood, J.CO, Gardenia Makmur Selaras, dan AJ Bakery, yang mewakili lebih dari 100 pemangku kepentingan Indonesia untuk jaringan bisnis langsung.
Tim mentor Wangsen Education Group dari Tiongkok menggelar demo dan seminar teknis dengan 30 kreasi roti inovatif, termasuk fusion Asia seperti roti pandan matcha dan kue durian modern. Peserta memperoleh keterampilan baru yang mendukung daya saing UMKM bakery Indonesia di pasar ekspor ASEAN.
"Acara ini tidak hanya memperkuat ekosistem industri tapi juga membuka pintu investasi untuk ekspansi merek seperti Panpan Group dan Nan Yang Master Baker ke Indonesia," ujar Zhang Jiukui.
Acara yang diinsiasi oleh China Association of Bakery and Confectionery Industry (CABCI) bersama Bakery China Exhibitions Co., Ltd., ini menjadi katalisator pertumbuhan sektor yang diproyeksikan capai USD 15 miliar di ASEAN hingga 2030.
           
          
          
Editor : Aris
Artikel Terkait
