JAKARTA, iNewsTangsel - Banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat dalam beberapa hari terakhir menyisakan duka mendalam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Senin pagi (1/12/2025), total korban jiwa di tiga provinsi tersebut mencapai 442 orang.
Ribuan gelondongan kayu besar yang terseret arus menjadi bukti nyata kerusakan lingkungan di hulu sungai. Kayu-kayu itu diduga berasal dari pembukaan lahan ilegal dan aktivitas perusahaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara.
Menteri Lingkungan Hidup (KLH) Hanif Faisol Nurofiq langsung bertindak tegas usai melihat hasil analisis citra satelit. Ia menyatakan delapan perusahaan mulai dari perkebunan sawit hingga tambang emas terdeteksi berkontribusi memperparah dampak hujan ekstrem.
“Ada delapan yang berdasarkan analisa citra satelit kami berkontribusi memperparah hujan ini,” tegas Hanif di Jakarta, Senin (1/12/2025).
“Jadi, kami sedang mendalami dan saya sudah minta Deputi Gakkum untuk melakukan langkah-langkah cepat dan terukur,” tambahnya.
Pemanggilan delapan perusahaan itu akan digelar pada Senin depan dengan membawa bukti citra satelit resolusi tinggi. Hanif menegaskan pihaknya bisa memproyeksikan secara logis apa yang terjadi di lokasi perusahaan saat hujan deras mengguyur.
“Supaya bisa membuktikan ini, kayu itu dari mana asalnya,” ujar Hanif.
Bukti visual dari satelit menurut Hanif tak bisa lagi dibantah oleh para pelaku. Pemerintah tidak akan tinggal diam melihat bencana berulang akibat keserakahan korporasi.
Masyarakat dan aktivis lingkungan menyambut baik respons cepat KLH meski banyak yang menilai sanksi harus lebih berat. Kasus gelondongan kayu di banjir bandang Sumut ini kembali membuktikan bahwa kerusakan lingkungan adalah biang keladi bencana kemanusiaan.
Editor : Aris
Artikel Terkait
