ISLAM adalah agama yang memberi panduan lengkap untuk kehidupan manusia di dunia maupun hari akhirat, Bahkan, untuk urusan gaji bulan bagaimana cara memanfaatkannya pun diatur menurut syariat Islam.
Tujuannya agar penghasilan yang diraih bisa jadi lebih berkah dan bermanfaat.
Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal MSc memaparkan cara mengatur gaji bulanan menurut syariat Islam.
Setidaknya ada tujuh cara menggunakannya, yakni:
1. Gaji disalurkan dulu untuk keperluan wajib, yaitu kepentingan pribadi dan nafkah keluarga (istri dan anak, juga orangtua).
2. Segera gunakan untuk membayar utang, terutama utang riba jika ada.
3. Zakat jika memang ada sisa pada simpanan di atas nishab dan telah bertahan selama haul.
4. Kelebihan gaji bisa digunakan untuk kebutuhan lain.
5. Jangan lupakan sedekah, bisa berupa sedekah dengan memberi makan (sedekah yang langsung habis), sedekah yang bentuknya adalah amal jariyah, dan sedekah atas nama keluarga yang telah meninggal dunia.
6. Gunakan untuk investasi, semoga bisa manfaat untuk orang lain.
7. Simpan untuk amal salih, terutama bekal naik haji atau umrah.
Dikutip dari laman Rumaysho, Senin (23/5/2022), dijelaskan pula bahwa sebagian ulama menyebutkan pengeluaran harta dalam kebaikan dibagi menjadi tiga:
Pertama: Pengeluaran untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan orang yang wajib dinafkahi dengan bersikap sederhana, tidak bersifat pelit dan boros. Nafkah seperti ini lebih afdhol dari sedekah biasa dan bentuk pengeluaran harata lainnya.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: "Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu." (HR Bukhari)
Kedua: Penunaian zakat dan hak Allah Subhanahu wa ta'ala. Ada ulama yang menyatakan bahwa siapa saja yang menunaikan zakat, maka telah terlepas darinya sifat pelit.
Ketiga: Sedekah tathowwu’ (sunah) seperti nafkah untuk menyambung hubungan dengan kerabat yang jauh dan teman dekat, termasuk pula memberi makan pada mereka yang kelaparan.
Setelah merinci demikian, Ibnu Baththal lantas menjelaskan, "Barang siapa yang menyalurkan harta untuk tiga jalan tersebut, maka ia berarti tidak menyia-nyiakan harta dan telah menyalurkannya tepat sasaran, juga boleh orang seperti ini didengki (bersaing dengannya dalam hal kebaikan)." (Lihat Syarh Bukhari, Ibnu Baththal, 5:454, Asy-Syamilah)
Wallahu a'lam bishawab.
BACA JUGA: 7 Cara Mengatur Gaji Bulanan Menurut Syariat Islam Supaya Lebih Berkah
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait