get app
inews
Aa Read Next : Menyambut Idul Fitri, Indosat Optimalisasi Jaringan di 531 titik dan 64 jalur Prioritas

Masjid Ini Jadi Saksi Bisu Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Selasa, 16 Agustus 2022 | 11:16 WIB
header img
Fajar menyinari sebuah masjid yang merupakan tempat ibadah umat Islam. Foto: Istimewa

MASJID dibeberapa daerah menjadi saksi bisu sejarah perjuangan bangsa Indonesia.  Banyak masjid beralih fungsi menjadi pusat komando dan basis perjuangan melawan penjajah.

Masjid-masjid tersebut hingga kini masih dirawat dan digunakan beribadah oleh kaum Muslimin. 

Berikut ini MNC Portal sajikan deretan masjid saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

1. Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Masjid Raya Baiturrahman Aceh.

Siapa yang tidak kenal dengan masjid ini? Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu ikon dari kebudayaan Islam yang kental di wilayah Aceh.

Selain bangunannya yang ikonik, Masjid Raya Baiturrahman juga sarat akan nilai historis. Dalam perjalanannya, masjid ini pernah dibumihanguskan oleh Belanda saat serangan ke Koetaradja (Banda Aceh) pada 10 April 1873. Runtuhnya bangunan masjid memicu meletusnya perlawanan masyarakat Aceh. Mereka berjuang mempertahankan masjid hingga darah penghabisan.

Dalam pertempuran tersebut, pihak Belanda kehilangan seorang panglima yakni Major General Johan Harmen Rudolf Kohler pada 14 April 1873 akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh seorang pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil dibawah pohon kelumpang yang berada di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.

Sebagai markas perang dan benteng pertahanan rakyat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai tempat bagi seluruh pasukan perang Kesultanan Aceh berkumpul untuk menyusun strategi dan taktik perang. Sejarah mencatat bahwa pahlawan-pahlawan nasional Aceh seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien turut serta mengambil andil dalam mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman.

2. Masjid Al Mujahidin Cibarusah Bekasi

Masjid Al Mujahidin Cibarusah Bekasi. (Foto: bujangmasjid.blogspot.co.id)

Masjid yang berada di Kampung Babakan, Desa Cibarusah, Kota Bekasi, Jawa Barat, ini menjadi saksi sejarah perjuangan heroik umat Islam di wilayah Jabodetabek dalam melawan dan mengusir penjajah di Nusantara.

Pada masa perjuangan kemerdekaan melawan Belanda dan Jepang, Masjid Al Mujahidin menjadi markas serta kamp pelatihan pasukan Laskar Hizbullah, pasukan perang bentukan Masyumi tahun 1944 yang legendaris itu.

Masjid tua yang juga biasa disebut Masjid KBC atau Masjid Kampung Babakan Cibarusah ini didirikan pada zaman kolonial Belanda, yaitu pada bulan Juni tahun 1937.

Di pintu utama Masjid Al Mujahidin terdapat tulisan kaligrafi Arab. Jika diterjemahkan dengan bahasa Indonesia kurang lebih seperti berikut ini: "Masjid Al Mujahidin Babakan Kota Cibarusah, Juni 1937, Robiul Awal 1358".

Kemudian ada juga logo Laskar Hizbullah dan sebuah prasasti yang menempel pada salah satu dinding dari ke enam tiang yang ada bertuliskan bahasa Belanda: "HERBOUWD 1935/1935 COMITE MASDJID".

3. Masjid Sabilillah Malang

Masjid Sabililah Malang. (Foto: Avirista Midaada/Okezone)

Masyarakat Indonesia, khususnya warga Jawa Timur, tentu tidak asing dengan sejarah peristiwa 10 November. Saat itu terjadi perang yang berkobar di wilayah Surabaya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman Belanda yang kembali datang.

Salah satu masjid menjadi tempat sentral bagi para pejuang saat itu yang berdomisili di Malang. Adalah Masjid Sabilillah yang berada di jalan masuk menuju Kota Malang tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.

Masjid Sabilillah ini menjadi saksi bersejarah bagaimana laskar-laskar Islam yakni Laskar Sabilillah di bawah panglima KH Zainul Arifin dan Hizbullah KH Masykur berjuang mengusir penjajah dalam pertempuran 10 November di Kota Surabaya.

Sekretaris Takmir Masjid Sabilillah Akhmad Farkhan mengatakan bahwa Masjid Sabilillah lama sudah sejak ada sejak zaman era kemerdekaan pada tahun 1945. Namun lantaran jamaah membeludak, keinginan untuk membuat masjid baru terus meningkat.

"Setelah tahun 1968 itu, jamaah masjid yang lama tidak lagi muat karena kian hari jamaah yang kian bertambah. Maka pada 1968 dibentuklah panitia pembangunan Masjid Blimbing yang baru oleh KH Nakhrawi Thohir," ungkap Farkhan saat ditemui  beberapa waktu lalu.

 

Editor : Vitrianda Hilba Siregar

Follow Berita iNews Tangsel di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut