Faisal mengatakan, harga BBM bersubsidi di Indonesia amat jauh dari harga keekonomiannya. Subsidi solar lebih dari Rp10.000 per liter dan pertalite Rp7.100 per liter. “Berapa pun kuota BBM bersubsidi tidak akan pernah cukup,” kata dia.
Ia mengusulkan harga BBM segera dinaikkan. Akan tetapi, kenaikannya harus terukur agar tidak terlalu membebani rakyat. “Gunakan semua instrumen untuk meringankan beban rakyat,” ujarnya.
Lamhot Sinaga mengatakan, konsumsi BBM bersubsidi harus dikendalikan. Jika tidak, subsidi energi bisa bertambah hampir Rp200 triliun pada 2022.
Kini, subsidi energi Rp502 triliun dan akan menjadi Rp698 triliun jika kuota BBM bersubsidi ditambah. “APBN harus diselamatkan demi kepentingan bangsa,” kata dia.
DPR tengah membahas beberapa skenario pengendalian subsidi. Skenario itu termasuk pembatasan konsumen, penyesuaian harga, atau kombinasi keduanya.
Data yang diterima DPR, hanya 30 persen BBM bersubsidi dikonsumsi sepeda motor dan angkutan umum. Dengan demikian, subsidi BBM bisa dipangkas 70 persen jika hanya kedua jenis kendaraan itu boleh mengonsumsi.
“Saya kira ini akan lebih dilakukan segera. Pertamina sudah menyatakan sanggup melaksanakan mekanisme ini,” kata dia.
Angkutan umum terdiri dari kendaraan berpelat kuning serta kendaraan untuk taksi dan ojek daring. Untuk kendaraan transportasi daring, mekanisme subsidinya berupa kupon pembelian BBM.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta