JAKARTA, iNewsTangsel.id- Israel tengah mengujicoba sistem pertahanan udara terkini mereka, All-in-One Spyder, yang menyatukan semua komponen tempur seperti rudal, drone, dan sistem komunikasi dalam satu kendaraan yang dapat bergerak.
Konfigurasi pada sistem pertahanan terbaru ini dilaporkan mengintegrasikan semua komponen senjata yang sebelumnya terpisah ke dalam satu kendaraan berpenggerak delapan roda.
Spyder dikatakan sebagai suatu aset pertahanan udara yang diproduksi oleh Rafael Advanced Defense Systems, perusahaan milik Israel.
Sistem ini telah aktif selama hampir dua dekade oleh beberapa angkatan militer, dan dapat menghadapi ancaman seperti drone, pesawat terbang, rudal jelajah dan balistik, serta amunisi berpemandu presisi.
Kementerian Pertahanan Israel, Sabtu (13/1/2024), menyampaikan melalui aplikasi pesan Telegram bahwa uji coba tersebut, dilaksanakan di lokasi rahasia di wilayah Israel, melibatkan simulasi skenario "ancaman saat ini dan masa depan."
Rafael menyatakan bahwa sistem Spyder berhasil menghentikan drone "dalam situasi operasional yang menantang, mencapai serangan langsung dan efektif."
Pabrikan pertahanan tersebut menggambarkan pengujian ini sebagai "yang pertama dari jenisnya" dan mempublikasikan video intersepsi di mana sistem Spyder terlihat menangkal drone dengan rudal.
Sistem Spyder menggunakan dua jenis rudal, yaitu Derby dan Python, keduanya termasuk dalam konfigurasi baru. Menurut pernyataan lembaga tersebut, sistem ini memiliki jangkauan maksimum antara sembilan dan 25 mil, serta ketinggian intersepsi maksimum 3,7 dan 7,5 mil.
Diketahui, sistem pertahanan ini dianggap melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh Iron Dome, terutama dalam hal mobilitas. All-in-One Spyder diklaim "menyediakan aset pertahanan udara yang lincah, otonom, yang mampu dikerahkan dengan cepat dalam hitungan menit, di medan yang menantang, dan dengan waktu reaksi yang singkat," sesuai dengan lembar fakta dari Rafael.
Perusahaan tersebut menegaskan bahwa mereka menyediakan pertahanan udara dengan "jejak logistik yang diminimalkan" untuk melindungi pasukan bergerak dan lokasi sensitif.
Uji coba baru-baru ini terjadi seiring dengan ancaman udara yang dihadapi Israel dari Lebanon di utara dan Gaza di barat, termasuk serangan roket dan drone dari kelompok militan yang didukung oleh Iran seperti Hamas dan Hizbullah.
Kedua kelompok ini sering melakukan serangan lintas batas dengan militer Israel, memicu kekhawatiran akan mungkin terjadinya konflik yang lebih luas. Di tengah konflik dengan Hamas, Israel juga menghadapi ancaman dari serangan yang diluncurkan oleh Houthi di Yaman.
Editor : Hasiholan Siahaan