PAMULANG, iNewsTangsel.id - Mereka yang beriman dan tunduk kepada Allah akan membuktikan imannya dan ketaatannya kepada hukum agama. Sebaliknya, mereka yang beribadah kepada Allah di pinggiran; apabila tertimpa musibah maka ia pun berbalik ke belakang meninggalkan keimanan, wal ‘iyadzu billah.
Allah berfirman,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang beribadah kepada Allah di tepian. Apabila menimpanya kebaikan dia pun merasa tenang dengannya. Akan tetapi apabila menimpanya fitnah/ujian maka dia pun berpaling ke belakang. Dia pun merugi dunia dan akhirat, dan itulah kerugian yang sangat nyata.”(QS. Al-Haj : 11)
Para ulama tafsir, di antaranya Qatadah dan Mujahid menafsirkan bahwa yang dimaksud beribadah kepada Allah di tepian yaitu di atas keragu-raguan.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah orang munafik. Apabila urusan dunianya baik maka dia pun beribadah tetapi apabila urusan dunianya rusak maka dia pun berubah. Bahkan pada akhirnya dia pun kembali kepada kekafiran.
Mujahid menafsirkan ‘berpaling ke belakang’ maksudnya adalah menjadi murtad dan kafir (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim, 5/400-401)
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta