get app
inews
Aa Read Next : Solusi Pengasuhan di Era Digital untuk Mempersiapkan Anak Tangguh Masa Depan

Anemia Bisa Terjadi pada Balita! Cek Dampak dan Cara Mencegahnya!

Rabu, 21 Agustus 2024 | 08:46 WIB
header img
Salah satu permasalahan gizi mikro yang terjadi pada anak-anak balita di Indonesia adalah kekurangan sel darah merah atau yang biasa disebut dengan anemia. (Foto : Ilustrasi)

Anemia Bisa Terjadi pada Balita! Cek Dampak dan Cara Mencegahnya!  

 

Oleh: Azahra Vianda, S. Gz

Mahasiswa Profesi Dietitian, Universitas Esa Unggul.

 

Salah satu masalah gizi mikro yang sering dialami oleh balita di Indonesia adalah kekurangan sel darah merah, yang dikenal dengan anemia. Zat gizi mikro yang berperan penting di sini adalah zat besi (Fe). Anemia terjadi ketika seseorang memiliki kadar sel darah merah atau hemoglobin di bawah nilai normal akibat kekurangan zat besi. Pada balita, kadar hemoglobin normal adalah 11 g/dL. Jika kadar hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dL, balita tersebut sudah dapat dikategorikan mengalami anemia.

Anemia dapat membuat balita mudah lelah, lemas, sering mengantuk, sakit kepala, mata kuning, pucat, mata sayu, dan rewel. Namun, dampaknya tidak berhenti di situ. Berikut adalah beberapa dampak yang bisa terjadi pada balita yang mengalami anemia:

1. Terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
   Pada fase balita, pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung sangat cepat, yang sering disebut sebagai masa 'Golden Age'. Pada masa ini, sel darah merah memiliki peran penting dalam menyebarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, termasuk otak. Kekurangan oksigen di otak dapat menurunkan fungsi kognitif dan menghambat pertumbuhan serta perkembangan psikomotorik anak (Rokhayati, 2024).

2. Penurunan prestasi belajar hingga terhambatnya pertumbuhan ekonomi sosial
   Kekurangan oksigen pada otak juga dapat mengganggu kemampuan belajar anak dan sistem imunnya, sehingga lebih mudah terserang penyakit (Rokhayati, 2024). Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan penurunan prestasi belajar dan produktivitas kerja, yang pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan ekonomi sosial. Dampak ini disebabkan oleh anemia yang membuat anak cepat lelah, lemas, sering mengantuk, dan sakit kepala.

Melihat dampaknya yang begitu besar pada kehidupan, sangat penting bagi setiap orang tua untuk memperhatikan status gizi anaknya. Lalu, bagaimana cara mencegah anemia pada balita agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal? Berikut beberapa tips pencegahannya:

1. Pemberian ASI eksklusif
   Pencegahan bisa dimulai sejak lahir dengan memberikan ASI eksklusif. ASI lebih baik dibandingkan dengan susu formula karena zat besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh saluran cerna anak. Anak yang diberi ASI memiliki risiko lebih rendah mengalami kekurangan zat besi dibandingkan anak yang diberi susu formula (Kunsah et al., 2021).

2. Memberikan makanan sumber zat besi
   Pada usia 6 bulan, anak mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI). Pastikan kebutuhan zat besinya tercukupi dengan memberikan makanan sumber zat besi, seperti daging merah, hati ayam, hati sapi, ikan tuna, serta sayuran hijau seperti bayam dan brokoli. Berdasarkan Permenkes RI no. 28 tahun 2019 tentang angka kecukupan gizi (AKG), kebutuhan zat besi untuk anak usia 0-5 bulan adalah 0,3 mg/hari, usia 6-11 bulan adalah 11 mg/hari, usia 1-3 tahun adalah 7 mg/hari, dan usia 4-6 tahun adalah 10 mg/hari.

3. Dukung dengan pemberian vitamin C
   Metabolisme zat besi dalam tubuh dipengaruhi oleh zat gizi lainnya. Vitamin C, misalnya, memiliki peran penting dalam pembentukan sel darah merah. Penyerapan zat besi dalam tubuh dapat meningkat empat kali lipat jika terdapat vitamin C (Alfiah & Dainy, 2023). Sumber makanan yang mengandung vitamin C antara lain jambu biji, jeruk, papaya, strawberry, dan kiwi.

4. Hindari mengonsumsi minuman yang mengandung tanin saat makan utama
   Kandungan tanin dapat menghambat penyerapan zat besi dalam saluran cerna karena tanin dapat mengikat zat besi pada makanan yang ada di saluran cerna, sehingga penyerapan zat besi berkurang (Royani et al., 2019). Minuman yang mengandung tanin antara lain teh dan kopi.

5. Suplemen penambah darah
   Suplemen penambah darah untuk anak bisa menjadi pilihan untuk membantu memenuhi kebutuhan zat besi. Ada banyak jenis dan merek suplemen penambah darah untuk anak yang dijual, namun sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan sebelum memberikannya.

Referensi:  
- Alfiah, S., & Dainy, N. C. (2023). Asupan Zat Besi, Vitamin C dan Konsumsi Tablet Tambah Darah Berhubungan dengan Kejadian Anemia Remaja Putri SMPIT Majmaul Bahrain Bogor. Jurnal Ilmu Gizi Dan Dietetik, 2(2), 103–108. https://doi.org/10.25182/jigd.2023.2.2.103-108  
- Kunsah, B., Ma’arifah, U., & Sari, R. E. W. (2021). Gambaran Kandungan Fe Pada ASI Ibu Menyusui Pada Enam Bulan Pertama. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 6(2), 138–142.  
- Rokhayati. (2024). PENYULUHAN PENCEGAHAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN BALITA DI KALURAHAN DEMANGREJO COUNSELING. Jurnal Pengabdian Masyarakat Mulia Madani Yogyakarta, 2(I), 55–59.  
- Royani, I., Irwan, A. A., & Arifin, A. (2019). Pengaruh Mengkonsumsi Teh Setelah Makan terhadap Kejadian Anemia Defisiensi Besi pada Remaja Putri. UMI Medical Journal, 2(2), 20–25. https://doi.org/10.33096/umj.v2i2.22

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut