JAKARTA, iNewsTangsel.id - Untuk memperkuat posisi Indonesia di ekonomi digital global, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Mengatasi Tantangan dan Memanfaatkan Peluang di Sektor Komunikasi dan Informatika." Diskusi ini berfokus pada solusi terkait kesenjangan digital dan ancaman keamanan siber yang menjadi tantangan utama di era teknologi saat ini.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiady, menyoroti pentingnya peningkatan konektivitas internet dan keamanan siber di Indonesia. "Walaupun 90% populasi dunia sudah tinggal di wilayah yang terjangkau layanan broadband, masih ada 3,4 miliar orang yang belum terhubung ke internet," jelas Budi, menggarisbawahi tantangan besar bagi sektor telekomunikasi global pada Sabtu (30/08/2024) di Menara Kadin Jakarta.
Budi juga menambahkan bahwa potensi sektor ini sangat besar, dengan prediksi jumlah pengguna internet seluler global akan naik dari 4,7 miliar pada 2023 menjadi 5,5 miliar pada 2030. "Namun, potensi ini hanya bisa terealisasi jika kita mampu mengatasi kesenjangan digital dan memperkuat keamanan siber," tegasnya.
Kesenjangan Talenta Digital di Indonesia
Salah satu isu penting yang dibahas dalam FGD ini adalah ketimpangan dalam ketersediaan talenta digital di seluruh wilayah Indonesia. Firlie Ganinduto, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Komunikasi dan Informasi, menyatakan bahwa Indonesia masih menghadapi kesenjangan signifikan dalam hal talenta digital.
"Kebanyakan talenta digital terkonsentrasi di Pulau Jawa, terutama di DKI Jakarta, di mana tingkat kecakapan digital mencapai 92%, sementara di daerah lain, angkanya jauh di bawah rata-rata nasional," ungkap Firlie.
Studi dari Bank Dunia dan McKinsey menunjukkan bahwa Indonesia memerlukan 9 juta talenta digital selama periode 2015–2030, namun angka tersebut sulit tercapai tanpa adanya inovasi baru.
Editor : Hasiholan Siahaan