JAKARTA, iNewsTangsel.id - Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI) kembali menyelenggarakan perayaan Natal bersama pada Selasa malam, 14 Januari 2025, di Jakarta. Tahun ini, perayaan Natal memiliki makna yang lebih dalam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meski serupa dengan perayaan sebelumnya, Natal kali ini bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan sebuah momen refleksi, penguatan iman, dan pembaruan diri.
“Kami ingin perayaan ini menjadi peringatan di hati kita semua. Keimanan kami tidak hanya tentang merayakan kelahiran Yesus Kristus dengan sukacita, tetapi juga merenungkan tindakan yang perlu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Juru selamat harus terus ‘lahir’ di hati kita melalui pembaruan diri,” ungkap Ketua Umum AKPI Imran Nating, Selasa (14/1/2025) malam.
Ketua Pelaksana Perayaan Natal AKPI 2024, Binsar Halomoan Nababan, menjelaskan bahwa tema Natal tahun ini adalah “Marilah, Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem,” dengan subtema “Melalui Kelahiran Juruselamat, Kiranya Lahir Pengharapan yang Hidup Bagi Seluruh Anggota AKPI untuk Menuju Kebersamaan dan Kemajuan AKPI Kedepannya.” Tema ini mencerminkan semangat kebersamaan sebagai inti perayaan, yang tetap dirayakan meski ada perbedaan latar belakang, pemikiran, maupun keyakinan.
“Hal terpenting adalah kita harus berjalan bersama, saling mendukung, dan mempererat hubungan. Natal bukan hanya sekadar perayaan, tetapi harus menjadi tuntunan dalam kehidupan. Kelahiran Yesus Kristus merupakan pengingat bagi kita semua untuk terus memperbarui diri dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Binsar.
Sebagai bagian dari refleksi, perayaan tahun ini dirancang dengan lebih bermakna. Dalam semangat kasih dan kepedulian, AKPI mengadakan kegiatan sosial bersama komunitas tunanetra di Duren Sawit, Jakarta Timur. Komunitas ini terdiri dari berbagai latar belakang suku dan agama, mencerminkan semangat keberagaman dan kasih universal.
“Komunitas tunanetra ini mencakup berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari anak-anak sekolah hingga mahasiswa. Pembinaan mereka tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga pengembangan keterampilan dan kemandirian. Kami memberikan bantuan berupa dana dan bingkisan Natal kepada yayasan yang selama ini bergantung pada dukungan pihak luar untuk keberlangsungan operasionalnya,” jelas Binsar.
Binsar berharap semangat Natal dapat dirasakan secara nyata, tidak hanya oleh jemaat gereja, tetapi juga oleh masyarakat luas. Dengan demikian, semangat kebersamaan, kasih, dan pembaruan diri dapat terus hidup di setiap hati, menjadikan Natal sebagai momen refleksi yang memberikan dampak nyata bagi kehidupan pribadi dan sosial.
“Kasih dan kepedulian sosial adalah inti dari perayaan Natal. Hal inilah yang selalu kami tekankan setiap tahun, agar menjadi pengingat bagi semua orang untuk menjalani kehidupan dengan semangat pembaruan, kasih, dan kepedulian terhadap sesama tanpa memandang perbedaan,” tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan