Berdampak Pada Kualitas Hidup Seseorang, Ini Langkah Pencegahan Terpapar Cacar Api

JAKARTA,iNews Tangsel.id- Pandemi Covid telah memperlihatkan pentingnya langkah preventif dalam melindungi kelompok rentan dari berbagai penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi.
Orang dewasa dan lansia umumnya mengalami Penuruan Kekebalan Terkait Usia (Age-Related Declined in Immunity/ARDI) yang tentu dapat membuat kelompok tersebut menjadi rentan terhadap infeksi penyakit termasuk herpes zoster atau cacar api.
Herpes Zoster, atau yang sering dikenal sebagai cacar api termasuk penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV), virus yang juga menyebabkan cacar air. Dampak dari penyakit ini tentu saja tak boleh dianggap sepele, pasalnya bisa berujung mengganggu kualitas hidup pasien.
Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tetap berada dalam tubuh dalam keadaan dorman di saraf dan dapat aktif kembali di kemudian hari sebagai Herpes Zoster. Sekitar 9 dari 10 orang dewasa berusia di atas 50 tahun sudah memiliki virus ini, dan 1 dari 3 orang berisiko mengalaminya selama hidupnya.
Penyakit yang satu ini umumnya ditandai dengan ruam menyakitkan yang muncul di satu sisi tubuh atau wajah. Ruam ini dapat bertahan selama 2 hingga 4 minggu. Pada fase awal, pasien sering mengalami rasa nyeri seperti terbakar atau kesemutan sebelum munculnya ruam yang kemudian berkembang menjadi lepuhan berisi cairan.
Meskipun Herpes Zoster tidak bisa langsung menular dari satu orang ke orang lain, seseorang yang belum pernah terkena cacar air dapat tertular virus VZV dari pasien Herpes Zoster yang sedang mengalami ruam aktif, yang kemudian dapat berkembang menjadi cacar air.
"Oleh karena itu, pasien yang masih dalam fase ruam disarankan untuk menutup luka dan menghindari kontak dengan individu rentan seperti bayi, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Setelah lepuhan mengering, risiko penularan akan hilang,"papar guru besar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, dalam media gathering yang digelar di Aroem Resto, kawasan Abdul Muis, Jakarta Pusat,Kamis (20/3/2025) sore.
Dokter yang aktif sebagai Konsultan Senior Ekonomi Kesehatan Kalta Bina Insani (KBI) Consulting and Training dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr. PH mengatakan cacar api atau herpes zoster menyebabkan nyeri saraf jangka panjang bila tidak ditangani dengan tepat.
“Nyeri saraf jangka panjang atau nyeri pascaherpes (NPH) pada lokasi ruam cacar api dapat berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah cacar api sembuh,” ungkapnya.
Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 10-18 persen orang dengan cacar api akan mengalami NPH dan pasien lanjut usia yang lebih berisiko mengalami NPH lebih terasa menyakitkan daripada pasien cacar api yang lebih muda.
Dia menambahkan, cacar api yang muncul pada area wajah dapat berdampak pada mata dan mengakibatkan gangguan penglihatan. Pada kasus langka, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi paru (pneumonia), gangguan pendengaran, radang otak, dan bahkan kematian.
Bagi pasien dengan usia yang lebih tua, mampu menyebabkan kehilangan kemandirian sehingga membutuhkan bantuan dari keluarga, karena penyakit ini bisa menyebabkan penurunan kemampuan aktivitas pasien terutama pada aktivitas sosial dan tidur.
Dalam hasil kajian tersebut, dia menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor risiko dari penyakit cacar api, salah satunya adalah penurunan sistem kekebalan tubuh akibat bertambah usia. Pasien dengan penyakit penyerta atau komorbid juga menjadi kelompok berisiko terkena cacar api.
Cacar api merupakan penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster (VZV) yaitu virus penyebab cacar air. Seseorang yang sembuh dari cacar air, maka virus tersebut akan tetap berada dalam tubuh dalam kondisi tidak aktif atau tertidur.
Virus tersebut lantas dapat kembali aktif karena beberapa sebab misalnya stres sehingga menyebabkan imun tubuh menurun.
Pada kondisi individu dengan penyakit cacar api yang aktif dapat menularkan VZV pada fase ruam melepuh dan menyebabkan cacar air pada seseorang yang belum pernah memiliki riwayat cacar air.
Dia menganjurkan masyarakat yang terkena cacar api yang masih aktif untuk menutup ruam cacar api depan menghindari kontak langsung dengan kelompok rentan salah satunya lansia. Namun jika ruam lepuhan telah mengering, maka individu itu tidak akan menularkan VZV pada orang lain.
Sebagai bentuk pencegahan, beberapa langkah yang dapat dilakukan yakni mengurangi stres dan memastikan menerapkan gaya hidup sehat serta melakukan vaksinasi cacar api. "Hasil kajian White Paper tentang Vaksinasi Dewasa dan Lansia di Indonesia Terfokus pada penyakit Herpes Zoster,"ucapnya.
Salah satu komplikasi paling umum dari Herpes Zoster adalah Nyeri Pascaherpes (NPH), yaitu nyeri saraf jangka panjang yang bisa bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah ruam sembuh. Sekitar 10 persen hingga 18 persen pasien mengalami NPH, dengan risiko lebih tinggi pada pasien usia lanjut.
Selain NPH, cacar juga dapat menyerang area wajah dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan jika mengenai mata. Komplikasi lain yang lebih jarang namun serius mencakup pneumonia, gangguan pendengaran, radang otak (ensefalitis), dan bahkan kematian.
Oleh karena itu, terjangkitnya penyakit ini juga dapat berdampak pada kualitas hidup pasien, terutama pada orangtua yang bisa kehilangan kemandirian dan memerlukan bantuan untuk aktivitas sehari-hari.
Di kesempatan yang sama, Dr. dr. Hanny Nilasari, Sp.D.V.E., Subsp. Ven., FINSDV, FAADV, dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan, banyak pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi yang sudah parah karena sulitnya mengenali gejala awal cacar api.
Sering kali, nyeri otot atau nyeri seperti nyeri sendi muncul sebelum ruam terlihat, yang menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis.
Pada pasien usia lanjut misalnya, risiko mengalami NPH meningkat drastis, dari sekitar 5 persen pada usia di bawah 40 tahun hingga mencapai 50 persen pada usia di atas 80 tahun.
Dia menambahkan bahwa kondisi ini bisa mengganggu kualitas hidup pasien karena nyeri yang ditimbulkan itu sangat intens, terutama jika skala nyerinya di atas 7 dari 10, juga berisiko menyebabkan NPH yang lebih berat.
"Oleh karena itu,pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, termasuk penggunaan obat pereda nyeri dan terapi tambahan seperti suplemen saraf dan relaksan otot,"tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan