Wamendiktisaintek: Negara Harus Beri Ruang Bagi Perempuan di Dunia Sains
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Kini keterlibatan perempuan dalam dunia riset tidak hanya menjadi isu kesetaraan, tetapi juga berdampak langsung terhadap kemajuan ekonomi nasional. Untuk itu, pentingnya memperluas partisipasi perempuan di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof. Stella Christie mengatakan, bukti ilmiah menunjukkan, perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam sains dan matematis. Sayangnya, kesenjangan itu masih terjadi, baik dalam kesempatan kerja, perbedaan gaji, maupun representasi di bidang STEM.
“Negara akan merugi jika tidak memanfaatkan potensi individu terbaik di bidangnya. Untuk itu, negara harus memberi ruang bagi perempuan khususnya di dunia sains,” tegas Prof. Stella dalam acara L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) 2025, di Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Dia menekankan, pentingnya membangun kepercayaan diri dan keberanian bagi perempuan agar mampu berkontribusi di bidang penelitian. Karena kehadiran perempuan di dunia riset bukan hanya simbol kesetaraan, melainkan kebutuhan bangsa.
“Mereka punya potensi besar untuk membawa perubahan. Untuk maju, perempuan perlu percaya diri, berani mengambil kesempatan sebanyak mungkin, tidak mudah menyerah, dan melakukan apa yang mereka sukai dengan menjadi diri sendiri,” ujarnya.
Dia menjelaskan, laporan UNESCO 2025 mencatat, sebanyak 43,5 persen peneliti di Indonesia adalah perempuan. Meski angka tersebut menunjukkan peningkatan signifikan, dukungan terhadap perempuan peneliti untuk mencapai kesetaraan masih perlu diperkuat melalui akses riset, pendanaan, dan kolaborasi.
“Dukungan bagi perempuan peneliti untuk mencapai kesetaraan masih perlu dilanjutkan. Diharapkan, program ini dapat menjadi wadah bagi perempuan peneliti untuk mendapatkan dukungan riset dan kesempatan membangun jaringan global,” imbuhnya.
Sementara itu, President Director L'Oréal Indonesia, Benjamin Rachow, menambahkan, selama lebih dari dua dekade program ini diadakan di Indonesia, sebanyak 79 peneliti perempuan telah memperoleh dukungan dalam berbagai bidang ilmu, menciptakan efek berantai yang menumbuhkan generasi baru ilmuwan perempuan di Indonesia.
“Tahun 2025 mencatat peningkatan partisipasi hingga dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, dengan 70 persen peserta berasal dari peneliti muda di bawah usia 40 tahun. Sebagian besar proposal yang diajukan berfokus pada potensi lokal dan kekayaan hayati Indonesia, seperti pengembangan tanaman obat, inovasi energi terbarukan, dan pengelolaan limbah berkelanjutan,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Juri, Prof. dr. Herawati Sudoyo mengungkapkan, tahun ini ada 4 perempuan peneliti yang terpilih. Masing-masing mendapatkan total dukungan pendanaan riset senilai Rp400.000.000, dan kesempatan berjejaring dengan komunitas perempuan peneliti terbesar di dunia.
“Mereka adalah Dr. Maria Apriliani Gani, Dr. rer. nat. Lutviasari Nuraini, Anak Agung Dewi Megawati, Ph.D., dan Helen Julian, Ph.D. Mereka mampu membuktikan bahwa sains bukan hanya soal laboratorium, tapi juga tentang kehidupan sehari-hari, keberlanjutan, dan harapan,” terangnya.
Editor : Elva Setyaningrum