get app
inews
Aa Text
Read Next : HKN 2025: Pemkot Tangerang Gencar Cegah Stunting

Daun Kelor dan Bubur Jagung Diangkat Jadi Solusi Gizi Anak di Tengah Ancaman Stunting

Kamis, 13 November 2025 | 21:56 WIB
header img
Bubur jagung, daun kelor, dan ati ayam adalah warisan gizi Nusantara. Foto ilustrasi

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional masih berada di angka 19,8 persen. Angka ini menunjukkan perbaikan dari tahun sebelumnya, namun disparitas antarwilayah masih tinggi. Beberapa provinsi seperti Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur mencatat prevalensi di atas 30 persen. Kondisi ini menegaskan bahwa masalah gizi anak Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar, terutama pada masa krusial pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Dalam konteks ini, bahan pangan lokal seperti daun kelor dan bubur jagung kembali menjadi sorotan. Kedua bahan ini kaya nutrisi, mudah ditemukan, dan sudah lama menjadi bagian dari tradisi makan masyarakat Indonesia. Daun kelor, misalnya, dikenal sebagai “superfood” karena kandungan zat besi, kalsium, dan vitaminnya yang tinggi. Sementara bubur jagung merupakan sumber energi yang baik dan cocok untuk bayi yang mulai belajar makan.

Kesadaran akan pentingnya pangan lokal inilah yang mendorong Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa menggelar Seminar Budaya Sehat Nusantara bertema “Optimalisasi Bahan Pangan Lokal, MPASI Bergizi untuk Tumbuh Kembang Anak” di Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Kegiatan yang berlangsung secara hybrid ini diikuti lebih dari 80 peserta luring dan 800 peserta daring, terdiri atas kader Posyandu, tenaga kesehatan, hingga masyarakat umum. Sejumlah pakar hadir sebagai narasumber, antara lain dr. Ika Nurillah Satriana, IBCLC, dr. Hani Purnamasari, MsiMed, SpA, IBCLC, Meyta Winduka Alexandriana A.Md.Gz, serta drg. Martina Tirta Sari selaku Kepala LKC Dompet Dhuafa.

“Tata kelola MPASI yang baik, bergizi, dan memanfaatkan bahan lokal akan membantu mencetak generasi sehat bebas stunting,” ujar Ismail Agus Said, Direktur Program Kesehatan Dompet Dhuafa.

Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika Ahmad Juwaini menambahkan, budaya pangan lokal merupakan fondasi ketahanan gizi bangsa.

“Bubur jagung, daun kelor, dan ati ayam adalah warisan gizi Nusantara. Kita perlu memperkuat kembali tradisi ini dengan sentuhan inovasi dan teknologi,” jelasnya.

Selain edukasi gizi, acara ini juga mendorong lahirnya inisiatif kader Posyandu dalam menciptakan resep MPASI berbahan lokal yang bisa diterapkan di masyarakat.

“Kader Pos Sehat adalah ujung tombak perubahan. Kami ingin mereka bisa menginspirasi keluarga untuk menyiapkan MPASI dari bahan lokal yang murah, bergizi, dan mudah diolah,” ujar drg. Martina Tirta Sari.

Melalui kegiatan ini, Dompet Dhuafa berharap kolaborasi lintas pihak dapat memperkuat upaya penurunan stunting dan menghidupkan kembali budaya makan sehat berbasis kekayaan alam Nusantara. Karena dari pangan lokal yang sederhana, lahir anak-anak Indonesia yang kuat menuju Indonesia Emas 2045.

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut