Dari Lahan Wakaf ke Industri Komunal: Transformasi Ekonomi Nanas Cirangkong

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Sebuah industri pengolahan nanas resmi beroperasi di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang, dan kini melibatkan hampir 1.000 warga sebagai bagian dari rantai produksi. Warga direkrut melalui koperasi dan ditempatkan sebagai tenaga penyortiran hingga pekerja lini produksi setelah mengikuti pelatihan dan asesmen keterampilan.

Industri yang berdiri di atas lahan 2.000 meter persegi dengan bangunan seluas 1.000 meter persegi itu difokuskan untuk menghasilkan produk olahan bernilai tambah, seperti ekstrak jus dan selai nanas. Keterlibatan masyarakat secara besar-besaran menjadi inti pengembangan industri komunal yang ingin dibangun di wilayah tersebut.

Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, menjelaskan bahwa operasional industri ini merupakan kelanjutan dari serangkaian program pemberdayaan masyarakat yang telah dijalankan sebelumnya. “Kami melihat potensi besar ketika nanas tidak hanya dijual sebagai buah segar. Masyarakat punya kesempatan lebih saat ikut dalam proses pengolahan,” ujar Ahmad, Minggu (30/11/2025).

Struktur kepemilikan industri dilakukan melalui koperasi masyarakat. Sebagai bagian dari penguatan model industri komunal, saham senilai Rp2,947 miliar diserahkan kepada Koperasi Produsen Barokah Agro Lestari. Sementara total investasi pembangunan dan persiapan operasionalnya diperkirakan mencapai Rp10–15 miliar.

Ahmad menambahkan bahwa pengembangan industri ini berawal dari pemanfaatan lahan wakaf produktif seluas 10 hektare yang sejak 2014 digunakan untuk budidaya nanas dan peternakan domba. “Ini adalah tahapan lanjutan dari upaya penyediaan kebutuhan dasar, pelatihan, hingga pendampingan usaha masyarakat,” katanya.

Editor : Hasiholan Siahaan