Bangunan Jadi Sumber Emisi, Pakar Dorong Transisi ke Gedung Ramah Lingkungan
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Sektor bangunan kini menjadi sorotan sebagai salah satu penyumbang terbesar emisi karbon di dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, penerapan pembangunan berkelanjutan (sustainable building) menjadi salah satu elemen paling penting dalam upaya Indonesia mencapai target iklim nasional.
Managing Director GBPN Indonesia, Farida Lasida Adji, menegaskan sektor bangunan tidak hanya menjadi pengguna energi terbesar, tetapi juga sekaligus penyumbang emisi signifikan yang kerap terabaikan.
“Data menunjukkan secara global, konstruksi dan operasional bangunan menyumbang 39% emisi CO₂ sektor energi. Di Indonesia, sektor ini memakan 60% total permintaan listrik dan berkontribusi sekitar 33% emisi gas rumah kaca pada periode 2011–2021,” katanya di Jakarta, Kamis (4/12/2025).
Menurut dia, fakta tersebut memperlihatkan besarnya tantangan sekaligus peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat transisi energi rendah karbon. Karena bangunan yang ramah lingkungan tidak hanya menjadi solusi untuk menekan emisi, tetapi juga membawa sejumlah manfaat turunan yang langsung dirasakan masyarakat.
“Manfaatnya antara lain, mulai dari efisiensi energi yang dapat mengurangi konsumsi listrik hingga 54%, menciptakan lapangan kerja baru, hingga meningkatkan kesehatan penghuni melalui sistem ventilasi dan material konstruksi yang lebih aman,” terang Farida.
Dia memaparkan, tren urbanisasi memperkuat urgensi tersebut. Peningkatan urbanisasi, diproyeksikan mencapai 66,6% pada 2035 menjadikan kebutuhan akan bangunan rendah karbon semakin mendesak.
“Tanpa intervensi kebijakan dan penerapan standar efisiensi energi secara menyeluruh, kota-kota masa depan berisiko menjadi pusat emisi dan konsumsi energi yang semakin tinggi,” imbuh dia.
Namun di sisi lain, sektor bangunan menyimpan peluang besar sebagai motor transisi energi bersih. Bangunan berkelanjutan mampu mengurangi konsumsi energi hingga 54%, sekaligus menekan biaya listrik jangka panjang.
“Penerapan ventilasi baik, material rendah racun, dan desain hemat energi juga diyakini dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuni menjadikannya investasi strategis, bukan sekadar tren teknis,” pungkas Farida.
Editor : Elva Setyaningrum