AL AMIN atau amanah, jujur, dan dapat dipercaya disematkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Di dalam diri beliau sarat sifat-sifat mulia.
Hal ini mejadi teladan bagi siapa saja, umat Islam maupun masyarakat secara umum.
Jauh sebelum dinobatkan menjadi Rasulullah, sosok Nabi Muhammad sudah terkenal dengan kejujurannya.
Ketika kecil, diceritakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam telah mengikuti pamannya Abdul Muthalib berdagang hingga negeri yang jauh yaitu Syam (meliputi Suriah, Palestina, Yordania, Lebanon).
Dikutip dari kisah yang terdapat dalam kitab 'Sirah Nabawiyah', Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dalam berdagang sangat dikenal akan kejujurannya. Beliau tidak pernah menipu siapa pun, baik pembeli maupun majikannya.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam juga tidak pernah mengubah takaran atau mengurangi timbangan. Selain itu, semua transaksi yang dilakukan selalu disertai ijab kabul yang bertujuan agar terjalin sukarela antara pembeli dan pedagang, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
Atas sifat dan karakter jujur yang dimilikinya, Nabi Muhammad juga menyandang gelar "Al Amin" yang diperoleh dari penduduk Makkah.
Alkisah, gelar Al Amin diperoleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam tatkala berusia 35 tahun, terjadi banjir besar yang melanda Kota Makkah yang lantas menghancurkan bangunan Kakbah. Atas kejadian tersebut, penduduk Makkah lantas berbondong-bondong membangun kembali Kakbah yang hancur diterjang banjir.
Ketika pembangunan Kakbah telah rampung, terjadi perselisihan di antara para penduduk. Setiap kabilah atau suku merasa berhak dan saling berebut untuk menjadi sosok yang akan meletakkan Hadjar Aswad, batu suci yang ada di Kakbah.
Hingga akhirnya Abu Umayyah bin Mughiroh sebagai orang tertua di antara semua kabilah menawarkan jalan keluar yang disepakati oleh semua penduduk, yaitu siapa orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram maka ia yang berhak memutuskan perkara tersebut.
Ternyata Allah Subhanahu wa ta'ala menakdirkan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam menjadi orang pertama yang memasuki pintu Masjidil Haram. Nabi Muhammad pun menjadi sosok yang berhak meletakkan batu Hadjar Aswad.
Namun dengan kebijaksanaannya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam meletakkan Hajar Aswad di atas sorbannya lalu meminta perwakilan dari masing-masing suku di Makkah untuk memegang ujung sorban dan meletakkannya bersama-sama di tempat semula.
Berkat kebijaksanaan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dalam memutuskan perkara tersebut dengan penuh kejujuran, hilanglah perselisihan di antara penduduk Makkah. Sejak saat itu orang-orang Quraisy memberikan gelar "Muhammad Al Amin". Al Amin sendiri memiliki arti yaitu orang yang dapat dipercaya.
Julukan tersebut makin menegaskan salah satu sifat mulia yang dimiliki Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, yaitu karakter kejujuran dan dapat dipercaya yang telah diakui kredibilitasnya oleh bangsa Arab. Sebuah karakter dan sifat yang harus senantiasa diimplementasikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Wallahu a'lam bishawab.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait