TANGERANG, iNewsTangsel - Anemia adalah keadaan di mana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal (<12 gr/dl pada perempuan dan <13 gr/dl pada laki-laki). Masalah gizi ini masih menjadi perhatian serius, terutama pada remaja putri di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 menunjukkan bahwa 53,7% remaja putri di negara-negara berkembang mengalami anemia (Nurhayati & Endartiwi, 2021).
Temuan WHO didukung oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), yang mencatat peningkatan prevalensi anemia pada remaja putri dari 37,1% pada tahun 2013 menjadi 48,9% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Ini menandakan pentingnya Indonesia untuk memperhatikan anemia sebagai masalah gizi yang rentan terjadi pada remaja putri.
Tingginya risiko anemia pada remaja putri umumnya disebabkan oleh kehilangan zat besi melalui menstruasi setiap bulan, menyebabkan defisiensi zat besi (Rahayu dkk, 2019). Selain itu, masa remaja memerlukan peningkatan asupan protein dan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan gizi pada periode ini dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk anemia dengan gejala 5L (Lemas, Lelah, Letih, Lesu, Lunglai).
Anemia yang tidak ditangani dapat berdampak pada penurunan konsentrasi belajar, daya tahan tubuh, pertumbuhan tinggi badan, dan kulit pucat. Oleh karena itu, langkah pencegahan anemia perlu diambil untuk mengurangi risiko anemia pada remaja putri. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengadopsi gaya hidup CANTIK, yaitu:
1. Cukupi asupan protein dan zat besi
Kekurangan konsumsi makanan yang mengandung protein dan zat besi dapat menyebabkan remaja putri kesulitan memenuhi kebutuhan gizi untuk pembentukan Hemoglobin (Hb), yang dapat mengakibatkan penurunan Hb hingga di bawah batas normal dan menyebabkan anemia.
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, remaja putri usia 13-29 tahun disarankan mengonsumsi 60-65 gram protein dan 26 mg zat besi per hari. Sumber zat besi utama terdapat dalam makanan protein seperti daging (ayam, sapi, ikan), telur, dan kacang-kacangan (tahu, tempe, berbagai jenis kacang). Disarankan untuk rutin mengonsumsi sumber protein setiap makan guna memperoleh zat besi yang berperan dalam pembentukan Hemoglobin (Hb).
2. Aktivitas fisik terpenuhi
Aktivitas fisik yang minim dapat menghambat pelepasan oksigen dari Hemoglobin, menyebabkan remaja putri mudah lelah dan efektivitas Hb dalam sel darah merah menurun, sehingga dapat muncul anemia (Kosasi dkk, 2014).
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan volume darah dan kadar hemoglobin, berperan dalam mencegah anemia pada remaja putri. Peningkatan kadar Hemoglobin saat beraktivitas fisik atau berolahraga disebabkan oleh peningkatan kebutuhan oksigen yang merangsang pembentukan Hemoglobin sebagai pengangkut oksigen dalam darah (Nurafandi, 2018).
3. Normalisasi perilaku hidup bersih dan sehat
Praktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta ikuti panduan cuci tangan sesuai anjuran Kementerian Kesehatan. Penerapan PHBS yang efektif dapat mengurangi risiko masalah pencernaan, yang dapat mengganggu proses penyerapan zat gizi.
4. Tidak lupa konsumsi sayur dan buah
Mengonsumsi protein sesuai kebutuhan perlu disertai dengan kebiasaan makan sayur dan buah, terutama yang kaya akan zat besi dan vitamin C. Vitamin C dapat mempercepat penyerapan zat besi, sehingga disarankan untuk dikonsumsi setelah makan agar zat besi dari sumber protein dapat terserap dengan optimal. Vitamin C dapat ditemukan pada berbagai buah seperti jeruk, mangga, jambu biji, pepaya, stroberi, dan lainnya.
5. Ingat konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen zat besi yang mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (sesuai rekomendasi WHO). Konsumsi TTD sangat penting bagi remaja putri untuk menggantikan zat besi yang hilang setiap bulannya akibat menstruasi dan sebagai suplemen pendukung menjaga kadar zat besi dalam tubuh tetap stabil. Disarankan dosis pemberian TTD pada remaja putri adalah 1 tablet setiap minggu secara rutin, dan 1 tablet setiap hari selama masa menstruasi (Depkes, 2016).
6. Kurangi konsumsi junk food
Pengolahan yang tidak optimal pada makanan cepat saji menyebabkan kerusakan pada zat gizi penting seperti protein, zat besi, dan berbagai vitamin, terutama vitamin C yang berperan dalam penyerapan zat besi. Selain itu, produk makanan cepat saji cenderung memiliki kandungan kalori dan karbohidrat yang tinggi, namun kurang mengandung protein sesuai kebutuhan remaja putri.
Penulis : ARTIKEL KESEHATAN
Oleh : Susan Viviana, S.Gz
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait