Warga di kota barat laut Urmia, kampung halaman Pezeshkian, membagikan permen di jalanan, kata para saksi mata. Meskipun pemilu ini diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kebijakan Republik Islam, presiden akan terlibat erat dalam pemilihan penerus Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran yang berusia 85 tahun, yang bertanggung jawab atas semua urusan utama negara.
Jumlah partisipasi pemilih telah menurun selama empat tahun terakhir, yang menurut para kritikus menunjukkan bahwa dukungan terhadap pemerintahan ulama telah terkikis di tengah meningkatnya ketidakpuasan masyarakat atas kesulitan ekonomi dan pembatasan kebebasan politik serta sosial. Hanya 48% pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu 2021 yang membawa Raisi berkuasa, dan jumlah pemilih mencapai 41% dalam pemilu parlemen pada bulan Maret.
Pemilu ini bertepatan dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah akibat perang antara Israel dan sekutu Iran, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, serta meningkatnya tekanan Barat terhadap Iran atas program pengayaan uraniumnya yang berkembang pesat.
Presiden berikutnya diperkirakan tidak akan menghasilkan perubahan besar dalam kebijakan program nuklir atau dukungan terhadap kelompok milisi di Timur Tengah, namun ia menjalankan pemerintahan sehari-hari dan dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri dan dalam negeri Iran.
Kemenangan Pezeshkian mungkin akan mendorong kebijakan luar negeri yang pragmatis, meredakan ketegangan atas negosiasi yang terhenti dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015, serta meningkatkan prospek liberalisasi sosial dan pluralisme politik, kata para analis.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait